JAKARTA – Di tengah tudingan adanya kebohongan yang dilakukan Twitter Inc. dalam menjaga privasi keamanan pengguna, mereka kembali menegaskan bahwa akun spam di platformnya hanya mewakili kurang dari 5% dari total penggunanya.
Penegasan ini sebagai tanggapan atas surat Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada bulan Juni yang meminta perincian tentang metodologinya dalam menghitung akun bot dan spam.
Persoalan penghitungan bot dan spam yang kurang akurat ini juga menjadi topik persidangan yang diajukan oleh CEO Tesla, Elon Musk. Pengusaha terkaya di dunia itu mengklaim bahwa akun bot dan spam di Twitter mencapai 25 persen. Ini membuatnya merasa tertipu dan akhirnya memilih membatalkan rencana akuisisi platform micro blogging tersebut.
BACA JUGA:
"Twitter percaya bahwa itu sudah cukup mengungkapkan metodologi yang digunakannya dalam menghitung angka-angka ini," kata perusahaan itu dalam sebuah surat tertanggal 22 Juni kepada regulator, menurut pengajuannya pada Rabu, 24 Agustus seperti dikutip Reuters.
Twitter sendiri tidak segera menanggapi permintaan komentar tambahan atas berbagai laporan yang menyudutkan penilaian mereka. .
Ini terjadi menjelang pertikaian hukum yang sangat diawasi antara Twitter dan Elon Musk yang ingin mundur dari kesepakatannya untuk membeli perusahaan seharga 44 miliar dolar AS (Rp659 triliun), dengan alasan Twitter menyesatkan miliarder itu tentang jumlah akun bot dan spam di platformnya.