Peretas Asal China Serang DDoS ke Web Pemerintah Taiwan, Cuma Bertahan 20 Menit
Peretas China serang DDoS web pemerintah Taiwan. (foto: dok. pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Serangan digital terhadap situs web pemerintah Taiwan menjelang kedatangan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS, Nancy Pelosi, di Taipei pada  Selasa, 2 Agustus  kemungkinan besar diluncurkan oleh aktivis peretas asal China, namun bukan dari pemerintah mereka. Pernyataan ini meluncur dari sebuah organisasi penelitian keamanan siber.

Situs web kantor kepresidenan Taiwan menjadi sasaran serangan penolakan layanan terdistribusi (DDoS) pada  Selasa lalu dan sempat tidak berfungsi, kata juru bicara kepresidenan  itu dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.

Menurut Jubir, Akses ke situs web mereka berhasil dipulihkan dalam waktu sekitar 20 menit setelah serangan. Sementara itu, badan-badan pemerintah Taiwan sedang memantau situasi dalam menghadapi "perang informasi".

Situs web portal pemerintah dan situs web Kementerian Luar Negeri Taiwan juga untuk sementara dinonaktifkan pada Selasa lalu.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan kedua situs web itu telah dihantam hingga 8,5 juta permintaan lalu lintas per menit dari "sejumlah besar IP dari China, Rusia, dan tempat-tempat lain". Bahkan serangan itu masih berlangsung, saat pernyataan itu dibuat.

Serangan DDoS bekerja dengan mengarahkan volume lalu lintas internet yang tinggi ke server yang ditargetkan dalam upaya yang relatif tidak canggih oleh apa yang disebut "peretas" untuk membuat mereka offline.

“Ini adalah serangan yang tidak terkoordinasi, acak, tanpa moral terhadap situs web yang digunakan oleh peretas China untuk menyampaikan pesan mereka,” kata Johannes Ullrich, Dekan Penelitian di SANS Technology Institute, sebuah organisasi pendidikan dan penelitian keamanan siber.

"Biasanya itu berlanjut selama beberapa hari, tetapi mereka sering kehilangan minat dalam seminggu. Banyak dari serangan itu dimotivasi oleh apa yang ditulis dalam pers China," tambah Ullrich.

“Blitz digital yang mengganggu datang dari ratusan ribu alamat IP, terkait dengan perangkat yang terdaftar dalam ruang internet komersial China,” kata Ullrich.

Kelompok dengan alamat IP China yang serupa telah memindai internet untuk mencari kerentanan tingkat rendah yang mudah dieksploitasi sejak Jumat, tambahnya. Ini  tidak cocok dengan aktivitas yang biasa dilakukan oleh peretas pemerintah China.