Bagikan:

JAKARTA – Ukraina dilaporkan telah menerima kiriman persenjataan dari Jerman, yakni sistem roket multi-peluncur (MLRS) Mars-II. Sebelumnya negera tersebut mendapat bantuan dari sekutunya, Amerika Serikat, berupa sistem roket mobilitas tinggi alias HIMARS.

MLRS Mars II telah diterima oleh Ukraina. Pengiriman ini merupakan batch ketiga sebagai bantuan MLRS dari Jerman. Informasi tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Ukraina Alexey Reznikov dalam sebuah pengumuman di Twitter, pada Senin 1 Agustus 2022.

“Kakak ketiga dalam keluarga Long Hand - MLRS MARS II dari Jerman - telah tiba di Ukraina. Terima kasih kepada Jerman dan secara pribadi kepada rekan saya #DefenceMinister Christine Lambrecht untuk sistem ini. Pasukan artileri kami memberi hormat kepada mitra Jerman kami!” tulis Alexey Reznikov dalam kicauan Twitter.

Apa itu Mars-II?

Mars-II adalah sistem multi-peluncur roket modifikasi yang dikembangkan oleh tiga negara yakni Jerman, Italia, dan Prancis yang ditujukan untuk memperkuat MLRS 270 buatan Amerika Serikat.

Berdasarkan keterangan dari perusahaan produsennya di Jerman, KMW, Mars-II ini mampu menembakkan hingga 12 rudal per menit dengan jangkauan lebih daru 70 kilometer. Tidak hanya itu, sistem peluncur rudal itu dapat dipandu dengan menggunakan GPS maupun misil pelontar ranjau.

Pemerintah Jerman telah mengonfirmasi pengiriman Mars-II ke Ukraina pada pekan lalu. Berlin menambahkan bahwa mereka juga mengirim tiga howitzer self-propelled PzH 2000, dengan total sepuluh peralatan tempur.

Bersamaan dengan itu, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht, menyatakan pihaknya mengirim lima senjata anti-pesawat Gepard yang dapat digerakkan sendiri. Sebelumnya, Jerman menjanjikan pengiriman sebanyak 30 unit. Sementara Kiev baru menerima tiga di antara alat tempur tersebut bersama dengan puluhan ribu amunisi.

Bantuan Jerman

Tidak berhenti sampai di situ saja, Jerman juga berencana mengirimkan radar artileri tipe Cobra ke Ukraina pada bulan September mendatang. Lambrecht menyatakan bahwa Kiev telah menandatangani kontrak untuk peralatan perang tersebut. Dia juga mendorong pemerintah Ukraina untuk segera melakukan pelatihan untuk “sistem yang sangat kompleks ini.”

Menurut laporan terbaru, pasukan Ukraina seharusnya sudah mulai melakukan pelatihan untuk sistem pertahanan udara paling canggih milik Jerman, yakni sistem rudal anti-pesawat Iris-T SLM. Rencananya, Iris-T SLM bakal dikirim ke Ukraina sekitar bulan November.

Terlepas dari semua itu, Jerman telah mendapat kritikan karena dinilai lambat memberi dukungan militer kepada Ukraina. Kepala komite pertahanan Bundestag, Marie-Agnes Strack-Zimmermann, membidik kantor Kanselir Jerman Olaf Scholz atas masalah keterlambatan pengiriman bantuan tersebut.  Di sisi lain, Lambrecht menyatakan bahwa persediaan militer Jerman terbatas.