Bagikan:

JAKARTA – Platform perdagangan kripto asal Australia, Banxa, dikabarkan memangkas karyawannya di tengah penurunan harga kripto dalam beberapa pekan terakhir. Pihak Banxa percaya market bear akan berlangsung hingga satu tahun mendatang.

Karenanya perusahaan memutuskan untuk memberhentikan hampir setengah dari total karyawannya. Padahal, ketika bull market pada tahun lalu, Banxa mengalami peningkatan signifikan dan menambah sekitar 250 karyawan. Ketika bear market saat ini, Banxa terpaksa memangkas 150 karyawannya.  

Menyusul perubahan tersebut, perusahaan akan memfokuskan operasinya di pasar Australia dan Filipina. Perlu dicatat bahwa Managing Director Eropa, Jan Lorenc juga dilaporkan akan angkat kaki dari firma tersebut, yang berarti bahwa ambisi Banxa untuk berkembang di Benua Biru akan dihentikan untuk saat ini.

Dalam email yang ditujukan kepada karyawan, CEO Holger Arians menjelaskan bahwa organisasi harus mengambil “tindakan tegas untuk mengurangi biaya sekarang, atau perusahaan kami tidak akan berhasil dalam jangka panjang.”

“Meskipun kami telah melakukan sejumlah pemotongan anggaran, biaya karyawan kami tetap terlalu tinggi bagi kami untuk dapat terus beroperasi dalam struktur kami saat ini … kami berharap untuk melakukan penyesuaian bertahap pada bisnis Banxa, tetapi kondisi makro mempercepat waktu kami,” tambah Arians.

Di sisi lain, Arians percaya perusahaannya akan muncul sebagai pemain utama dalam infrastruktur dalam internet generasi terbaru, Web3. Dia juga yakin bahwa penurunan market kripto masih akan tetap berlangsung hingga satu tahun lagi di saat AS mengalami resesi.

Selain itu, platform perdagangan kripto mayor seperti Gemini, Coinbase, ByBit, FTX dan lainnya telah memangkas karyawannya. Selain itu, BlockFi juga melakukan perampingan pekerja di perusahaannya. Terlepas dari keputusan tersebut, perusahaan dari industri kripto lain seperti Binance dan Ripple justru memutuskan hal yang sebaliknya. Keduanya merekrut karyawan besar-besaran.