JAKARTA - Pertukaran mata uang kripto, FTX, dilaporkan oleh Bloomberg, sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi platform perdagangan Robinhood. Sumber yang dekat dengan rencana tersebut mengatakan kepada Bloomberg bahwa FTX masih mempertimbangkan kemungkinan tersebut dan belum membuat penawaran secara resmi.
Ketika ditanya tentang kemungkinan pembelian, CEO FTX, Sam Bankman-Fried, menyatakan bahwa perusahaan saat ini tidak dalam proses mencoba untuk mengakuisisi Robinhood.
“Kami sangat senang dengan prospek bisnis Robinhood dan cara potensial kami dapat bermitra dengan mereka,” kata Bankman-Fried dalam sebuah pernyataan kepada Bloomberg. “Karena itu, tidak ada percakapan M&A (merger dan akuisisi) aktif dengan Robinhood.”
Saat The Verge menghubungi FTX untuk meminta komentar, pihak FTX belum mau memberi tanggapan. Sementara pihak Robinhood menolak mengomentari berita tersebut.
Pada Mei lalu, Bankman-Fried mengungkapkan 7,6 persen sahamnya di Robinhood, yang bernilai sekitar 648 juta dolar AS (Rp9,6 triliun) pada saat itu, menurut pengumuman dari Komisi Sekuritas dan Bursa 13D.
Jenis pengarsipan ini digunakan ketika seseorang mengakuisisi lebih dari 5 persen perusahaan tetapi juga bisa menandakan pengambilalihan potensial. CEO Robinhood, Vlad Tenev, dan CCO, Baiju Bhatt, keduanya memiliki sekitar 8 persen dari saham perusahaan dan, seperti yang dicatat Bloomberg. Mereka juga mengendalikan lebih dari 50 persen hak suara perusahaan.
BACA JUGA:
Saham Robinhood sendiri naik 12 persen menyusul berita tentang potensi akuisisi. Padahal saat ini cryptocurrency, dan saham secara umum, nilainya jatuh. Bahkan banyak pihak menyebut masa-masa ini dianggap sebagai “crypto winter”.
Peran Bankman-Fried dan pertukaran FTX-nya sangat penting dalam memberikan dana talangan kepada perusahaan-perusahaan blockchain yang kesulitan. FTX memberikan kredit bergulir 250 juta dolar AS (Rp3,7 triliun) ke platform perdagangan crypto BlockFi, dan Alameda Research Bankman-Fried juga telah meminjamkan 500 juta dolar AS (Rp7,4 triliun) kepada pialang kripto, Voyager Digital.
Ketidakpastian ekonomi yang meluas telah memengaruhi bisnis Robinhood. Dalam laporan pendapatan terbarunya, pengguna aktif bulanannya turun 10 persen menjadi 15,9 juta pada Maret 2022. Ini jauh menurun dibandingkan dengan 17,7 juta pengguna pada Maret 2021. Pendapatannya juga turun 48 persen dari tahun ke tahun, dari 522 juta dolar AS (Rp7,7 triliun) hingga 299 juta dolar AS (Rp4,4 triliun).
Robinhood telah menjadi platform perdagangan kripto populer di kalangan investor muda berkat perdagangan bebas komisi, serta ketersediaan saham tradisional dan investasi berbasis kripto. Mereka telah bekerja untuk memperluas penawaran crypto-nya sejak pertama kali meluncurkan opsi pada tahun 2018 dan meluncurkan dompet cryptocurrency sendiri awal bulan ini.
Perusahaan ini go public tahun lalu setelah keluar dari gelombang stok meme yang membuat saham AMC dan GameStop melonjak. Menurut Bloomberg, Robinhood telah kehilangan sekitar tiga perempat dari penilaian pasarnya sejak saat itu, yang saat ini mencapai 7,4 miliar dolar AS (Rp109,8 triliun).