Sony Honda Mobility, Perusahaan Patungan Sony dan Honda  Siap Luncurkan Kendaraan Listrik 2025
Sony dan Honda bentuk perusahaan patungan mobil listrik. (foto: twitter @honda)

Bagikan:

JAKARTA – Perusahaan asal Jepang, Sony  dan Honda Motor pada  Kamis, 16 Juni, secara resmi menyetujui perusahaan patungan yang dimiliki bersama yang akan mulai menjual mobil listrik pada tahun 2025.

Honda, seperti pesaing besarnya Toyota Motor, terbilang lebih lambat beralih ke kendaraan listrik (EV) daripada pembuat mobil global dan berada di bawah tekanan dari investor untuk membuat mobil yang bebas karbon yang dilengkapi dengan teknologi baru seperti self- fitur mengemudi.

Honda yang hanya selama ini hanya menawarkan satu EV, yakni Honda e, mengatakan pihaknya berencana untuk meluncurkan 30 model EV dan membuat sekitar 2 juta EV setiap tahun pada tahun 2030.

Menurut sebuah sumber, untuk JV (joint venture), pertama kali diumumkan pada bulan Maret dan diberi nama Sony Honda Mobility. Di sini Honda akan membawa keahliannya dalam membangun dan menjual mobil sementara Sony akan menambahkan perangkat lunak dan teknologinya.

Masing-masing perusahaan, Sony dan Honda akan menginvestasikan dana sebesar 5 miliar yen (Rp555 miliar) di perusahaan JV tersebut.

Yasuhide Mizuno, seorang eksekutif senior Honda, akan menjabat sebagai Ketua dan CEO JV, dan Izumi Kawanishi, seorang wakil presiden eksekutif di Sony, akan menjadi presiden dan chief operating officer.

Honda, pembuat model populer seperti Accord dan Civic, saat ini tengah dipusingkan dengan margin yang berkerut karena biaya bahan baku melonjak dan krisis chip global mengganggu produksi.

Awal tahun ini, mereka mengatakan akan mengembangkan serangkaian EV dengan harga lebih rendah. Mereka akan bekerja sama dengan General Motors, berdasarkan platform bersama yang, memperluas rencana GM untuk mulai membangun dua SUV listrik untuk Honda mulai tahun 2024.

Saham Honda dan pembuat mobil Jepang lainnya turun antara 3% dan 5% pada Jumat, 17 Juni karena saham dunia akan jatuh di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga yang tajam oleh bank sentral akan mengarahkan ekonomi ke dalam resesi.