JAKARTA – Sanksi pihak Barat yang dikenakan pada Rusia telah memicu negara itu untuk membatasi ekspor gas mulia seperti neon, bahan utama untuk membuat chip, hingga akhir 2022 untuk memperkuat posisi pasarnya, kata kementerian perdagangannya, Kamis, 2 Juni.
Pembatasan ekspor Rusia dapat memperburuk krisis pasokan di pasar chip global. Ukraina adalah salah satu pemasok gas mulia terbesar di dunia sampai menghentikan produksi di pabriknya di kota Mariupol dan Odesa pada bulan Maret lalu akibat perang.
Menurut pemerintah Rusia, pada 30 Mei, ekspor gas mulia, yang dilakukan Rusia untuk memasok ke Jepang dan negara-negara lain, hanya akan diizinkan dengan izin khusus negara hingga 31 Desember.
“Langkah itu akan memberikan kami kesempatan untuk mengatur ulang rantai yang sekarang telah putus dan membangun yang baru," kata Wakil Menteri Perdagangan Rusia, Vasily Shpak kepada Reuters melalui layanan pers kementerian pada Kamis, 2 Juni.
BACA JUGA:
Rusia menyumbang 30% dari pasokan global gas mulia, menurut perkiraan kementerian itu. Jika mereka mulai membatasi ekspornya, maka pasokan chip dunia yang sempat pulih akan guncang kembali. Krisis chip dunia yang sempat membaik pun bisa muncul bahkan lebih parah lagi akhir tahun ini.
Taiwan, produsen chip terkemuka di dunia, memberlakukan pembatasan ekspor chip ke Rusia setelah Moskow mengirim ribuan tentara ke Ukraina pada 24 Februari.
"Kami berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi kami (gas mulia) dalam waktu dekat. Kami percaya bahwa kami akan memiliki kesempatan untuk didengar di rantai global ini, dan ini akan memberi kami beberapa keunggulan kompetitif jika perlu untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan serta negosiasi dengan rekan-rekan kami," kata Shpak.