Kendaraan Listrik Bukan Satu-Satunya Jalan Keluar Emisi Karbon, Ada Biofuel dan Bahan Bakar Sintesis
Truk Hyundai yang berbahan bakar hidrogen yang dikombinasikan dengan tenaga listrik. (foto ; dok. antara)

Bagikan:

JAKARTA – Emisi karbon kini dianggap sebagai musuh bersama bagi dunia. Untuk mengatasi masalah ini, berbagai kendaraan ramah lingkungan terus dikembangkan.

Namun kendaraan listrik dinilai bukan satu-satunya cara efektif untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh industri mobil. Menurut pandangan dari asosiasi otomotif Italia, Selasa 31 Mei, ada beberapa teknologi lain.

Teknologi lain dapat membantu mendekarbonisasi industri serta memenuhi target emisi yang sama sambil mempertahankan kecakapan dan pekerjaan di Italia, kata ketua asosiasi industri otomotif ANFIA Paolo Scudieri, dikutip dari Reuters pada Rabu.

“Saya mengacu pada kontribusi nyata bahwa biofuel dan bahan bakar sintetis, serta hidrogen, dapat memberikan cara itu,” kata Scudieri membuka pertemuan ANFIA. Ia menambahkan bahwa industri otomotif Italia sudah melakukan investasi besar pada hidrogen.

Biofuel dan bahan bakar sintetis, disebut sebagai e-fuel, sedang dikembangkan untuk memungkinkan peralihan dari penggunaan kendaraan bermesin bakar daripada beralih secara besar-besaran ke kendaraan listrik baterai (BEV).

Jika sangat berfokus pada teknologi BEV, maka, menurut Scudieri, akan menimbulkan risiko pada sekitar 73.000 pekerjaan di Italia di tahun-tahun mendatang, yang tidak akan dikompensasi oleh sekitar 6.000 pekerjaan baru yang diharapkan akan tercipta dengan adanya mobilitas listrik.

Dia menambahkan sekitar 450 pembuat suku cadang mobil di Italia, dari total 2.200, berisiko gulung tikar karena mereka belum mulai mengalihkan produksi ke teknologi listrik.

Komisi Eropa telah mengusulkan pengurangan 100 persen emisi CO2 pada 2035 untuk industri. Target tersebut, yang merupakan bagian dari paket kebijakan perubahan iklim yang diluncurkan tahun lalu, tidak memungkinkan untuk menjual kendaraan bertenaga bahan bakar fosil baru di blok 27 negara tersebut.

Parlemen Eropa akan mengadakan debat pada pekan depan yang membahas sejumlah kebijakan iklim, termasuk rencana untuk secara efektif melarang mobil bermesin bakar pada tahun 2035.

Scudieri menilai tidak ada posisi yang kuat di antara kelompok-kelompok politik yang berbeda dalam parlemen Eropa.

"Setiap suara akan dihitung dan harapan saya adalah Anggota Parlemen Eropa (MEP) akan memilih juga dengan mempertimbangkan kepentingan negara," katanya.