Survei: Negara-negara Amerika Latin Tertarik Pada Metaverse
Metaverse lebih disukai di Amerika Latin. (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Di tengah meledaknya antusiasme terhadap dunia virtual metaverse di kalangan masyarakat global, negara-negara Amerika Latin (LATAM) disebut tertarik pada metaverse.

Menurut survei yang dilakukan Ipsos untuk World Economic Forum (WEF), telah menemukan bahwa setengah dari orang dewasa di seluruh dunia memiliki pendapat positif tentang metaverse dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Negara-negara berkembang memiliki sentimen yang lebih antusias tentang masalah ini.

Studi tersebut mensurvei kelompok yang terdiri dari 1.000 dan 500 orang dewasa di 29 negara berbeda, yang dianggap mewakili populasi sebenarnya dari masing-masing negara. Studi melaporkan bahwa semua negara di Latam yang disurvei - termasuk Chili, Argentina, Kolombia, Brasil, dan Peru - memiliki pendapat yang lebih positif daripada negara-negara lain di dunia tentang teknologi metaverse, sebagaimana dilaporkan Bitcoin.com News.

Orang Peru memiliki pendapat yang luar biasa tentang metaverse, dengan 74 persen orang dewasa yang disurvei bersikap positif tentang hal itu, hanya dilampaui oleh beberapa negara di wilayah APAC. Survei juga menemukan bahwa kebanyakan orang percaya bahwa aplikasi tertentu dari teknologi metaverse akan lebih berhasil daripada yang lain.

Ketika ditanya tentang jenis aplikasi metaverse apa yang akan mengubah kehidupan orang dalam 10 tahun ke depan, sebagian besar responden percaya bahwa dampak teknologi ini akan lebih intens dalam aktivitas seperti pembelajaran virtual (66 persen), hiburan di VR (64 persen ), pengaturan kerja virtual (62 persen), dan game virtual/yang disempurnakan (60 persen).

Perdagangan aset digital, sesuatu yang sudah dikerjakan di beberapa platform metaverse yang terisolasi, mencetak sebanyak 52 persen. Mengenai wisata virtual, masyarakat tidak begitu antusias, dengan hanya 48 persen responden memberikan pandangan positif terkait dampaknya.

Studi lebih lanjut menyatakan bahwa:

“Familiaritas dan kegandrungan terhadap teknologi baru juga secara signifikan lebih tinggi di antara orang dewasa yang berusia lebih muda, memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, dan kebanyakan pria daripada orang dewasa yang berusia lebih tua, mereka yang tidak memiliki pendidikan tingkat perguruan tinggi, dan wanita,” dikutip dari Bitcoin.com News.

Namun, bahkan dengan semua perbedaan ini, kebanyakan orang masih percaya bahwa kehidupan mereka akan dipengaruhi oleh teknologi metaverse dalam 10 tahun ke depan.

Meski begitu, saat ini metaverse masih dalam tahap pengembengan. Booming-nya metaverse dipicu oleh keputusan Facebook yang lebih fokus pada metaverse beberapa waktu lalu. Kemudian Mark Zuckerberg mengumumkan perusahaannya berganti nama menjadi Meta.