Elon Musk Ajak Warga Indonesia Pindah ke Mars, Bagaimana Risikonya?
Elon Musk ajak warga Indonesia pindah ke Mars (foto: dok. Sekertariat Presiden)

Bagikan:

JAKARTA - CEO Tesla, Elon Musk mengajak warga Indonesia untuk turut pindah ke Mars ketika bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo di Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu, 15 Mei. 

Pernyataan itu dilontarkan oleh pendiri SpaceX lantaran Indonesia memiliki jumlah populasi yang tinggi. 

"Indonesia memiliki populasi yang besar dan akan terus tumbuh. Ini sangat baik, karena kami membutuhkan banyak orang untuk masa depan dan juga (pindah ke) Mars," kata Elon Musk kepada wartawan.

Meski demikian, Elon Musk mengatakan bahwa tidak ada paksaan ke masyarakat untuk pindah ke Mars. 

"Seperti yang saya katakan, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam berbagai hal. Indonesia memiliki populasi yang besar dan terus tumbuh," kata ujarnya. 

Musk menegaskan, siapapun bisa turut serta dalam misi besarnya ke luar angkasa menjadi sukarelawan. 

Proyek pindah ke Mars ini merupakan proyek masa depan terbesar Musk yang probabilitasnya masih dipelajari oleh peneliti luar angkasa. 

"Sukarela! kami pikir seperti itu. Jadi itu, berbasis sukarela. Anda tahu, Mars tidak berpenduduk, sehingga membutuhkan orang-orang kita," tambahnya. 

Untuk saat ini, diketahui sudah ada sejumlah pesawat luar angkasa dari berbagai negara yang telah berhasil mendarat di Mars. 

Salah satunya adalah pesawat luar angkasa dari China. Sebuah pesawat China tidak berawak dilaporkan oleh kantor berita Xinhua, berhasil mendarat di permukaan Mars pada Sabtu, 15 Mei. 

Keberhasilan pendaratan ke Mars itu sekaligus memberikan informasi kepada manusia di Bumi mengenai gambaran di planet tersebut. 

Keberhasilan pendaratan itu sekaligus memberikan informasi kepada manusia di Bumi mengenai gambaran kondisi permukaan planet tersebut.

Resiko yang akan dihadapi

Mewujudkan migrasi manusia dari Bumi ke Mars adalah salah satu misi ambisius dari Elon Musk. Meski demikian, Musk menyadari bahwa pemindahan ini memiliki resiko yang tinggi. 

Menurut laporan dari Daily Mail, berbagai ahli percaya bahwa mengirim astronot dalam misi Mars akan mengakibatkan kematian lebih lanjut. 

Selain itu, menurut SpaceX, perjalanan di luar atmosfer memiliki potensi kegagalan kehilangan nyawa manusia karena perjalanannya yang memakan waktu sekitar enam bulan. 

Perjalanan ruang angkasa setengah tahun ini sendiri akan berbahaya karena sejumlah besar radiasi yang diperkirakan akan menembus pesawat ruang angkasa selama perjalanan. 

Seperti yang disoroti Badan Antariksa Eropa (ESA), para astronot dapat menerima dosis radiasi hingga 700 kali lebih tinggi daripada yang akan mereka alami di bawah perlindungan atmosfer dan medan magnet Bumi. Setelah satu hari di luar angkasa, tubuh manusia menerima radiasi sebanyak satu tahun di Bumi, menurut ESA