Balon Raksasa dari Space Perspective, Tawarkan Perspektif Baru dalam Wisata Luar Angkasa
Space Perspective, tawarkan wisata luar angksa yang lebih murah. (foto: twitter @SpacePerspectiv)

Bagikan:

JAKARTA - Ide wisata ke luar angkasa pernah dianggap hanya sebuah fiksi ilmiah daripada kenyataan sebenarnya. Akan tetapi dengan munculnya SpaceX, Virgin Galactic, dan Blue Origin, yang semuanya dibiayai oleh pengusaha miliarder, telah menunjukkan bahwa industri yang sedang berkembang ini menjanjikan ide-ide baru yang mendatangkan keuntungan besar dalam dekade ini.

Kini perusahaan balon ruang angkasa, menawarkan penumpang kesempatan untuk mengamati kelengkungan bumi dari ketinggian 20 mil (30 km). Ide ini masa depan tampaknya memang sangat menarik.

Space Perspective yang berbasis di AS meluncurkan rincian lebih lanjut tentang usaha balon raksasa setelah membuat ilustrasi kabin desir yang akan diduduki penumpang. Ruang di balon raksasa ini dilengkapi dengan jendela setinggi 5 kaki (1,5 meter), interior mewah, dan bar minuman.

Meski hanya sebuah penawaran awal, sejauh ini tiket balon raksasa ke luar angkasa dari Space Perspective telah terjual lebih dari 600 tiket dengan harga 125.000 dolar AS (Rp 1,7 miliar) per tiket., Mereka juga berharap untuk mulai meluncurkan balonnya dari Kennedy Space Center di Florida pada akhir 2024.

Harga untuk perjalanan ini jauh lebih rendah dibandingkan harga tiket sebesar 450.000 dolar AS (Rp 6,4 miliar) yang dibebankan oleh Virgin Galactic untuk penerbangan ke luar angkasa selama beberapa menit saja. Sementara tiket Blue Origin dianggap jauh lebih mahal. Bahkan tiga pengusaha harus membayar 55 juta dolar AS (Rp 790 miliar) masing-masing untuk bepergian dengan pesawat SpaceX, ke Stasiun Luar Angkasa Internasional ISS.

Meskipun perjalanan dengan Perspektif Luar Angkasa akan lebih murah, namun apakah itu benar-benar merupakan penerbangan luar angkasa, hingga kini masih menjadi perdebatan.

Balon raksasa Space Perspective tidak akan mencapai orbit tetapi hanya mencapai ketinggian 20 mil atau 30 km. Ketinggian ini jauh lebih rendah dari saingannya Virgin Galactic, yang tingginya mencapai lebih dari 50 mil.

Penerbangan roket dari Blue Origin bahkan sudah melebihi Garis Karman, 62 mil di atas permukaan laut. Garis itu disebut merupakan perbatasan antariksa yang diakui secara internasional, sementara SpaceX Crew Dragons terbang lebih jauh ke luar angkasa, bahkan ke Stasiun ISS.

Tapi ketinggian 20 mil ini masih jauh lebih tinggi dari kemampuan terbang pesawat komersial, yang hanya mencapai sekitar enam mil dari tanah.

“Kami berada di atas 99 persen atmosfer Bumi,” kata salah satu pendiri Space Perspective, Jayne Poynter kepada AFP. Ini berarti penumpang akan benar-benar melihat ruang hitam legam di angkasa.

“Kami ingin menemukan cara yang benar-benar mengubah cara berpikir orang tentang penerbangan luar angkasa yang membuatnya lebih mudah didekati dan diakses,” tambah Poynter.

Selain bar minuman, 'Space Lounge' di dalam kapsul Neptunus dari balon raksasa milik perusahaan ini juga akan memiliki konektivitas WiFi. Bahkan pencahayaan ruangan yang tenang dan moody. Ini tentu jauh berbeda dibandingkan kompartemen putih dan bersih dari para pesaingnya.

Perjalanan ini juga panjang karena dibutuhkan dua jam naik, dua jam meluncur, dan dua jam perjalanan turun. Balon juga akan mendarat di tengah lautan. Namun ada satu hal yang tidak akan dialami oleh penumpang yakni tak akan mengalami kondisi tanpa bobot seperti yang dialami jika naik Virgin Galactic, Blue Origin dan SpaceX.

Dengan pesawat luar angkasa Virgin dan roket Blue Origin, penumpang dapat melepaskan ikatan dan mengapung ketika mesin roket terputus tetapi pesawat terus meluncur ke atas selama beberapa menit, sebelum gravitasi menariknya kembali ke bawah.

Penumpang di pesawat ruang angkasa SpaceX dan mereka yang berada di ISS juga mengalami penurunan bobot karena kapal tersebut mengorbit Bumi.

Namun untuk naik balon raksasa itu tidak ada pelatihan khusus yang diperlukan untuk bepergian dengan Space Perspective.

Balon naik dengan kecepatan 12 mil per jam (19 km per jam), dan perusahaan itu menawarkan diri sebagai alternatif bahan bakar roket tanpa emisi yang lebih hijau.

Ini bermaksud untuk mendapatkan hidrogen untuk balon dari sumber terbarukan, daripada mengekstraknya dari bahan bakar fosil.

Space Perspective berencana meluncurkan 25 penerbangan di tahun pertamanya, dan semua kursi penerbangan saat ini semua sudah dipesan.