Bagikan:

JAKARTA - Raksasa perangkat lunak bisnis asal Jerman, SAP, pada Kamis, 14 Maret, mengatakan akan menutup operasi cloud-nya di Rusia. Mereka kini menarik diri lebih jauh dari negara itu setelah menghentikan penjualan software di Rusia awal bulan ini.

"Perang Rusia yang tidak dapat dibenarkan yang sedang berlangsung adalah tampilan kebrutalan yang memilukan dan pelanggaran prinsip dasar kebebasan yang kami bagi dengan Ukraina," kata perusahaan itu di situs webnya, seperti dikutip Reuters.

Mereka menambahkan bahwa langkah itu tidak akan mencegah semua pelanggan di Rusia untuk menggunakan produknya. Pasalnya beberapa organisasi telah menjalankan perangkat lunak terinstal yang mungkin dapat mereka pertahankan sendiri.

Penarikan tersebut menandai perubahan arah ketika Chief Executive SAP, Christian Klein, pekan lalu dalam sebuah wawancara dengan media membela keputusan SAP untuk tetap memberikan layanan kepada beberapa industri di Rusia. Misalnya seperti industri energi, perawatan kesehatan dan perdagangan yang belum terkena dampak langsung oleh sanksi Barat.

Langkah ini mengikuti seruan yang dilakukan oleh Ukraina awal bulan ini agar komputasi awan dan perusahaan raksasa perangkat lunak termasuk Microsoft  dan SAP untuk memotong Rusia, guna menghentikan invasi Moskow.

Analis IDC, Philip Carter, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Rusia sebagian besar enggan untuk sepenuhnya mengandalkan layanan cloud untuk teknologi informasi mereka. Ini tentunya berpotensi membatasi pukulan dari langkah SAP terhadap negara itu.

SAP menambahkan pada Kamis lalu bahwa mereka menyediakan teknologinya untuk organisasi multi-nasional untuk bantuan kemanusiaan di Ukraina.

Secara terpisah, grup telekomunikasi Jerman, Deutsche Telekom, mengatakan di Twitter bahwa mereka menutup kegiatannya di Rusia. Kegiatan ini sebagian besar merupakan pusat pengembangan perangkat lunak di Saint Petersburg yang sekarang sedang dihentikan.