Bagikan:

JAKARTA - Konflik Rusia dan Ukraina tak hanya terjadi di dunia nyata, di dunia maya pun tak luput dari serangan siber yang dilakukan oleh Rusia.

Namun, tak hanya Ukraina yang menjadi incaran Rusia, negara-negara lain yang mendukung Ukraina seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) juga diklaim terkena imbas serangan siber ini.

Meski belum dapat dibuktikan apakah itu berasal dari Rusia, Presiden AS Joe Biden telah meminta perusahaan dan organisasi swasta di negara  untuk mengunci pintu digital mereka.

Biden mengklaim bahwa intelijen menunjukkan Rusia sedang merencanakan serangan dunia maya di AS. Begitupun otoritas siber Inggris yang juga mendukung seruan Gedung Putih untuk peningkatan tindakan pencegahan keamanan siber, meskipun tidak ada yang memberikan bukti bahwa Rusia merencanakan serangan siber.

Rusia sebelumnya telah menyatakan bahwa tuduhan tersebut adalah Russophobia. Tetapi tetap saja, Rusia adalah negara adidaya dunia maya dengan persenjataan alat siber yang canggih, dan memiliki para peretas yang mampu melakukan serangan siber mengganggu dan berpotensi merusak.

Nah untuk lebih lanjut, berikut beberapa peristiwa serangan siber yang paling ditakuti, dikutip VOI dari BBC Internasional, Rabu, 23 Maret.

  1. BlackEnergy

Merupakan serangan infrastruktur kritis yang ditargetkan. Ukraina sering digambarkan sebagai taman bermain peretasan Rusia, yang diklaim sering kali melakukan serangan di sana, bertujuan untuk sekadar menguji teknik dan alat.

Pada 2015, jaringan listrik Ukraina terganggu oleh serangan siber yang disebut BlackEnergy, menyebabkan pemadaman jangka pendek bagi 80.000 pelanggan perusahaan utilitas di Ukraina barat.

Hampir tepat setahun kemudian serangan siber lain yang dikenal sebagai Industroyer mengambil alih listrik sekitar seperlima dari Kyiv, Ibu Kota Ukraina, selama sekitar satu jam. Akibat serangan ini, AS dan UE menyalahkan peretas militer Rusia.

  1. NotPetya

Digambarkan sebagai kehancuran tak terkendali. NotPetya dianggap sebagai serangan siber paling mahal dalam sejarah. Bahkan otoritas AS, Inggris dan UE berbondong-bondong menyalahkan sekelompok peretas militer Rusia.

Perangkat lunak perusak itu disembunyikan dalam pembaruan perangkat lunak akuntansi yang digunakan di Ukraina, tetapi menyebar ke seluruh dunia, menghancurkan sistem komputer ribuan perusahaan dan menyebabkan kerusakan sekitar 10 miliar dolar AS atau setara Rp143 triliun.

Sebulan sebelum peristiwa NotPetya, Korea Utara dituduh menyebabkan gangguan besar dengan serangan serupa. Dijuluki Worm WannaCry, virus ini mengacak data di sekitar 300.000 komputer pada 150 negara, yang menyebabkan layanan Kesehatan Nasional Inggris terpaksa membatalkan sejumlah besar janji temu medis.

Namun, ilmuwan komputer Prof Alan Woodward, dari University of Surrey, mengatakan serangan semacam itu juga membawa risiko bagi Rusia.

“Jenis peretasan yang tidak terkendali ini lebih seperti perang biologis, karena sangat sulit untuk menargetkan infrastruktur kritis tertentu di tempat-tempat tertentu. WannaCry dan NotPetya juga melihat korban di Rusia,” ujar Woodward.

  1. Colonial Pipeline

Pada Mei 2021, keadaan darurat diumumkan di sejumlah negara bagian AS setelah peretas menyebabkan jaringan pipa minyak yang paling dibutuhkan ditutup.

Colonial Pipeline membawa 45 persen pasokan solar, bensin, dan bahan bakar jet di pantai timur dan pasokan itu menyebabkan kepanikan di pompa-pompa. Serangan ini tidak dilakukan oleh peretas pemerintah Rusia, tetapi oleh kelompok ransomware DarkSide, yang diduga berbasis di Rusia.

Perusahaan pipa tersebut mengaku membayar penjahat 4,4 juta dolar AS atau setara Rp63 miliar dalam Bitcoin yang sulit dilacak, untuk mendapatkan kembali sistem komputer.

Beberapa minggu kemudian pasokan daging terpengaruh ketika kru ransomware lain bernama REvil menyerang JBS, pengolah daging sapi terbesar di dunia.

Salah satu ketakutan besar para ahli tentang kemampuan dunia maya Rusia adalah bahwa Kremlin dapat menginstruksikan kelompok kejahatan dunia maya untuk mengoordinasikan serangan terhadap target AS, yang bisa memaksimalkan gangguan.

"Manfaat menginstruksikan penjahat dunia maya untuk melakukan serangan ransomware adalah kekacauan umum yang dapat mereka timbulkan. Dalam jumlah yang cukup besar, mereka dapat menyebabkan kerusakan ekonomi yang serius," kata Woodward.

“Itu juga datang dengan bonus tambahan berupa penyangkalan yang masuk akal karena kelompok-kelompok ini adalah langkah yang dihapus dari serangan oleh negara Rusia," imbuhnya.