Bagikan:

JAKARTA – Penggunaan energi fosil mulai ditinggalkan, kini negara-negara di dunia memilih energi terbarukan yang dinilai ramah lingkungan. Salah satu perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Quaise berencana memanfaatkan energi panas bumi untuk kebutuhan manusia.

Quaise berambisi menggali lubang terdalam hingga ke kerak bumi. Ini ditujukan supaya perusahaan bisa melepaskan “energi tak terbatas” yang dinilai lebih ramah lingkungan. Ketika perusahaan lain fokus pada tenaga angin dan tenaga surya, Quaise mengalihkan perhatiannya ke energi panas Bumi.

Dilansir dari Science Alert, panas bumi telah merupakan energi “terbarukan yang terlupakan” karena beberapa tempat dengan batuan panas yang cocok untuk ekstraksi berada cukup dekat dengan permukaan bumi.

Untuk mendapatkan energi panas Bumi tersebut, Quaise memilih menggunakan metode konvensional yaitu pengeboran. Perusahaan mengklaim tindakan tersebut bisa membuat energi panas bumi lebih mudah diakses untuk semua orang.

“Energi panas bumi dalam adalah inti dari dunia yang mandiri energi. Misi kami adalah membawa sumber energi bersih yang tak habis-habisnya, terbarukan, ini untuk generasi mendatang. Ini adalah kekuatan mendalam dari panas bumi bagian dalam. Kami membuka energi untuk semua,” tulis perusahaan di situs resminya.

Supaya bisa mewujudkan ambisinya, Quaise akan menggunakan “rig pengeboran hibrida skala penuh pertama” yang akan menggabungkan “pengeboran putar konvensional dan kemampuan pengeboran gelombang milimeter.” Pengeboran direncanakan mulai berjalan pada tahun 2024.

Dua tahun kemudian Quaise bakal meluncurkan sistem panas bumi yang ditingkatkan ke “super panas”. Ini akan menghasilkan daya 100 MW. Kemudian pada tahun 2028, masyarakat global bakal bisa melihat “pembangkit listrik berbahan bakar fosil pertama yang dihidupkan kembali dengan uap panas bersih.”

CEO dan salah satu pendiri Quaise Carlos Araque mengatakan kepada New Atlas bahwa ini adalah solusi yang dapat digunakan untuk “95 persen umat manusia.” Ketika ditanya apakah metode pengambilan energi panas Bumi akan memperparah pemanasan global atau tidak.

“Bumi sudah bocor 40 TW dari dalam, apakah kita ada atau tidak. Umat manusia menggunakan 20 TW, jadi tidak, [tidak ada risiko panas yang dilepaskan dari bawah permukaan akan berkontribusi pada pemanasan global],” imbuh Araque kepada New Atlas.

“Dan meskipun mungkin lebih mudah dan lebih murah untuk hanya mengakses sumber panas bumi yang lebih dekat ke permukaan, masalahnya adalah mereka tidak cukup untuk “memberi daya bgi peradaban yang telah kita ciptakan dengan bahan bakar fosil,” tambahnya.

Saat ini, lubang terdalam yang pernah digali manusia adalah sekitar 12,3 kilometer (7,6 mil). Menurut Quaise, rig pengeboran hibridanya akan mampu mengebor hingga 12,4 mil (sekitar 20 kilometer) hanya dalam 100 hari, sebagaimana dilansir dari Sputnik News.