Thailand Izinkan Turis Rusia Gunakan <i>Cryptocurrency</i> untuk Wisata di Negeri Gajah Putih
Pemerintah perbolehkan warga Rusia gunakan kripto untuk wisata di Thailand. (Foto; Mathew Schwartz-Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Di tengah sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Rusia, otoritas Thailand melalui Bank of Thailand (BOT) dan Asosiasi Turis Phuket (PTA) mengizinkan turis asal Rusia untuk menggunakan mata uang kripto sebagai alat tukar. Penggunaan cryptocurrency ini ditujukan untuk warga sipil Rusia yang ingin berwisata di Thailand.

Tindakan tersebut menjadi udara segar bagi warga Rusia setelah negaranya dijatuhi sanksi karena menginvasi Ukraina. Selain itu, warga negara Rusia juga tedampak dengan adanya pembatasan ketat dari berbagai negara, perusahaan, dan lingkungan bisnis global.

Dilansir dari Cointelegraph, “operasi militer khusus” Rusia terhadap Ukraina menyebabkan banyak negara menyatakan perang ekonomi terhadap negara tersebut untuk mengisolasi Rusia dari dunia keuangan global. Negara-negara barat telah mengusir sejumlah bank Rusia dari sistem pembayaran SWIFT. Pada saat yang sama, perusahaan besar seperti Visa, Mastercard, dan PayPal mengumumkan bahwa mereka akan berhenti melayani klien yang berbasis di Rusia.

Berlawanan dengan tindakan di atas, pemerintah Thailand berusahan menawarkan opsi penyelesaian cryptocurrency alternatif bagi turis Rusia. Hal itu ditunjukkan oleh Presiden PTA Bhummikitti Ruktaengam yang menyatakan bahwa aset digital bisa digunakan sebagai opsi pembayaran jika transaksi dibatalkan.

Selain itu, Ruktaengam juga memaparkan bahwa bisnis Thailand mulai bisa berinteraksi dengan sistem pembayaran Rusia Mir. Ini dinilai menguntungkan kedua belah pihak.

Petinggi PTA itu mengklaim terdapat 3.500 hingga 4.000-an turis dari Rusia. Sementara turis dari Ukraina sekitar 300 hingga 400-an yang berkujung ke Phuket. Sebanyak 3.000 wisatawan lain dari kedua negara tersebut memilih melancong ke Krabi, Koh Samui, dan Pattaya.

Pemerintah Thailand juga memperbolehkan para turis untuk tinggal di negeri Gajah Putih maksimal 60 hari. Kendati demikian, pemerintah menegaskan tidak akan memperpanjang visa turis asal kedua negara karena konflik militer. Di sisi lain, pemerintah menyatakan bahwa tidak ada turis dari kedua negara yang akan dideportasi tanpa keputusan mereka.

Karena sanksi ekonomi dari berbagai negara dan perusahaan keuangan. Rusia dikabarkan mencari alternatif lain ke China. Karenanya Rusia menggunakan UnionPay milik China yang digabungkan dengan sistem pembayaran Mir Rusia.