Aksi Serangan Rusia ke Ukraina Buat Sejumlah Mata Uang Kripto Anjlok, Pendiri Ethereum Kecewa
Aksi erangan Rusia ke Ukraini ditanggapi negatif sejumlah mata uang kripto. (foto: dok. unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Pasar uang kripto  dan saham global jatuh setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan pada siaran nasional bahwa pasukannya akan melakukan “operasi militer khusus” ke  Ukraina.

Saat matahari mulai terbit di Ukraina, tentara Rusia meluncurkan rudal di beberapa wilayah negara itu, termasuk ibu kota Kiev dan kota Kharkiv.

Harga Bitcoin (BTC) telah turun 7,26% menjadi  35.000 dolar AS pada Kamis, 24 Februari, menurut Cointelegraph Markets Pro. Harga Ethereum (ETH) turun 9,48% dan Ripple (XRP) turun 9,24% hari ini. Kapitalisasi pasar uang kripto keseluruhan telah turun 8,25% menjadi  1,58 triliun dolar AS.

Volatilitas melonjak pada indeks keuangan global utama lainnya karena S&P 500 (GSPC) dan Dow Jones Industrial Average (DJI) turun hampir 2% dalam satu jam terakhir.

Pendiri Ethereum Vitalik Buterin, yang menjalani enam tahun pertama hidupnya di Kolomna dan di Rusia, men-tweet sekitar pukul 4 pagi UTC dalam bahasa Rusia bahwa dia kecewa atas aksi Putin.

“Sangat kecewa dengan keputusan Putin untuk mengabaikan kemungkinan solusi damai untuk perselisihan dengan Ukraina dan malah berperang. Ini adalah kejahatan terhadap rakyat Ukraina dan Rusia. Saya ingin mendoakan keamanan semua orang, meskipun saya tahu bahwa tidak akan ada keamanan. Kemuliaan bagi Ukraina," begitu bunyi tweet dari Buterin.

Dia menambahkan kemudian dalam bahasa Inggris: “Pengingat: Ethereum netral, tapi saya tidak.”

Penasihat Atlas DEX Altcoin Sherpa mentweet bahwa fokusnya harus pada orang-orang yang terlibat dan bukan efeknya pada pasar.

Analis Will Clemente, Lead Insights Analyst di perusahaan pertambangan Bitcoin BlockWare, mentweet:

“Harga minyak telah melonjak menjadi  99,50 dolar AS sebagai tanggapan atas tindakan Rusia. Dilaporkan oleh Cointelegraph, Tuan rumah podcast dan investor uang kripto  Anthony “Pomp” Pompliano menunjukkan bahwa hal ini dikarenakan Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga di dunia, “Dampak dari situasi ini akan terasa secara global.”