Departemen Kehakiman Filipina Selidiki Akun TikTok Terkait Ancaman Pembunuhan Calon Presiden
Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. dalam sebuah kampanye pilpres di Filipina. (foto: tiwtter @bongbongmarcos)

Bagikan:

JAKARTA - Departemen Kehakiman Filipina menyatakan, seorang pengguna TikTok sedang diselidiki setelah memposting komentar di aplikasi berbagi video tersebut. Isi komentar tersebut diduga mengancam akan membunuh calon presiden Filipina, Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr.

Tangkapan layar menunjukkan pengguna TikTok mengatakan, “Kami bertemu setiap hari untuk merencanakan pembunuhan BBM. Siap-siap."

Insiden itu diketahui Divisi Kejahatan Dunia Maya DOJ, yang mengatakan bahwa komentar itu diperlakukan sebagai "ancaman serius" dan meminta TikTok untuk melakukan penyelidikan.

“Kami melakukan penyelidikan awal tentang masalah ini dan merujuk hal yang sama ke NBI-CCD (Biro Nasional Investigasi Divisi Kejahatan Siber) dan PNP-ACG (Kelompok Anti-Kejahatan Siber Kepolisian Nasional Filipina) untuk penyelidikan lebih lanjut. Kami juga mengirim email ke TikTok Law Enforcement Outreach, ”kata Charito Zamora, petugas yang bertanggung jawab atas Divisi Cybercrime DOJ.

“Kami meminta data terkait akun subjek yang tersimpan dan menunggu penyelidikan oleh aparat penegak hukum terkait,” tambah Zamora seperti dikutip ABSCNB News..

Sekretaris Kehakiman Menardo Guevarra juga membenarkan pernyataan Zamora dan meminta NBI untuk menyelidiki masalah tersebut.

“OOC telah meminta pengamanan akun tersangka. DOJ, di sisi lain, telah mengarahkan NBI untuk memvalidasi komentar tersebut. Menunggu verifikasi, kami merahasiakan detail lainnya untuk alasan keamanan, ” katanya dalam pesan teks.

Zamora mengatakan mereka belum memiliki informasi "jika ada orang tertentu yang sedang diselidiki oleh agen penegak hukum kami atau pemilik akun subjek telah diidentifikasi."

Akan tetapi dia mengatakan bahwa mereka menganggap serius ancaman itu, "sebagai masalah prosedur."

“Ancaman pembunuhan terhadap siapa pun, di bawah hukum, dianggap sebagai ancaman besar. Jadi, kita rujukan ke aparat penegak hukum,” ujarnya.

“Jika lelucon bom dapat ditindaklanjuti, demikian juga ancaman pembunuhan, apakah benar atau tidak,” tambah Guevarra.

Kepala kehakiman mengatakan mereka belum menerima informasi serupa mengenai ancaman pribadi terhadap calon lain yang memiliki posisi elektabilitas nasional teratas.

Kepala staf Marcos, Vic Rodriguez, mengatakan bahwa Bongbong, akan tetap melanjutkan kegiatan kampanyenya meskipun ada ancaman.

“Sementara [laporan] tentang rencana pembunuhan itu mengkhawatirkan, kami tidak takut dengan ancaman seperti itu. Bongbong akan terus menyampaikan pesannya secara pribadi ke seluruh negeri dengan tekad kuat untuk menyatukan bangsa,” kata Rodriguez.

Sementara itu, TikTok Filipina mengatakan akun pengguna tersebut telah diblokir secara permanen, dan akan bekerja sama dengan NBI dalam masalah ini.

"Promosi kekerasan sama sekali tidak memiliki tempat di platform kami. Akun pengguna telah diblokir secara permanen dan kami sepenuhnya bekerja sama dengan Biro Investigasi Nasional dalam penyelidikan mereka," kata platform media sosial tersebut.

Awal pekan ini, Marcos, putra dari mantan diktator Filipina tahun 80-an, telah melakukan beberapa wawancara dan acara online terkait dengan pencalonannya sebagai presiden pada 9 Mei.

Bongbong selama ini telah menduduki puncak survei terbaru tentang calon pengganti Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Akan tetapi ia menghadapi kasus diskualifikasi di Komisi Pemilihan atas hukuman penggelapan pajak 1995.

Pada Mei 2020, Seorang guru sekolah negeri ditangkap karena posting Facebook-nya, di mana ia menawarkan hadiah 50 juta peso sebagai imbalan atas pembunuhan Presiden Rodrigo Duterte.