Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 4.000 exoplanet atau planet ekstrasurya telah ditemukan sejauh ini, di antaranya adalah WASP-189b. Planet ini cukup unik, aneh dan diklaim mirip dengan Jupiter.

Planet WASP-189b sangat panas, dan mengorbit dekat dengan bintangnya sehingga suhu permukaannya bisa mencapai 3.200 derajat Celcius, cukup panas untuk menguapkan besi.

Dengan menggunakan teleskop ruang angkasa CHaracterising ExOPlanets Satellite (CHEOPS) milik Badan Antariksa Eropa (ESA), para astronom meneliti atmosfer WASP-189b, dan mereka menemukan bahwa planet ini cukup aneh.

Para astronom mengakui, tidak mudah untuk menyelidiki atmosfer sebuah planet ekstrasurya, tetapi dalam kasus ini, mereka dapat melihat cahaya datang dari bintang terdekat yang sangat panas.

"Kami mengukur cahaya yang datang dari bintang induk planet dan melewati atmosfer planet. Gas-gas di atmosfernya menyerap sebagian cahaya bintang, mirip dengan Ozon yang menyerap sebagian sinar Matahari di atmosfer Bumi, dan dengan demikian meninggalkan sidik jari karakteristiknya. Dengan bantuan (spektrograf HARPS), kami dapat mengidentifikasi zat yang sesuai," ujar penulis utama studi tersebut, Bibiana Prinoth, dalam keterangan resminya yang dikutip dari Digital Trends, Minggu, 30 Januari.

Selain itu, para astronom juga menemukan indikasi gas termasuk besi, kromium, vanadium, magnesium, dan mangan. Salah satu zat yang ditunjukkan dan sangat menarik adalah titanium oksida, yang dapat bertindak serupa dengan cara kerja ozon di atmosfer Bumi, menyerap radiasi ultraviolet.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Astronomy ini juga mendapat perbedaan antara apa yang diprediksi para astronom dan apa yang sebenarnya mereka temukan.

Temuan ini menunjukkan bahwa atmosfer planet ekstrasurya bisa menjadi kompleks dan dipengaruhi oleh angin kencang, memiliki lapisan berbeda yang terdiri dari gas yang berbeda.

Sementara atmosfer Bumi memiliki lapisan, asumsi ketika mempelajari atmosfer planet ekstrasurya sering kali lebih sederhana. Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa belum tentu demikian.

“Di masa lalu, para astronom sering berasumsi bahwa atmosfer planet ekstrasurya ada sebagai lapisan seragam dan mencoba memahaminya seperti itu. Tetapi hasil kami menunjukkan bahwa bahkan atmosfer planet gas raksasa yang disinari secara intens memiliki struktur tiga dimensi yang kompleks," kata rekan penulis Jens Hoeijmakers.

Rekan penulis lainnya, Kevin Heng meyakini untuk dapat memahami ini sepenuhnya, dan jenis planet lainnya, termasuk yang lebih mirip dengan Bumi, para astronom harus menghargai sifat tiga dimensi atmosfer mereka.

“(Yakni) membutuhkan inovasi dalam teknik analisis data, pemodelan komputer, dan teori atmosfer fundamental," jelas Heng.