JAKARTA - Perkembangan teknologi di era digital memang semakin pesat lajunya. Salah satu teknologi yang paling dimanfaatkan adalah layanan pesan instan, seperti WhatsApp.
Bicara soal kemudahannya, aplikasi ini berhasil memangkas waktu penyampaian informasi maupun pesan dengan sangat cepat. Namun seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih, nyatanya tak sedikit masyarakat maupun pengguna aplikasi pesan instan terjerumus dalam arus informasi yang salah.
Sebagai contoh, pesan-pesan berantai yang dikirimkan melalui ruang-ruang obrolan atau grup WhatsApp menjadi media perantara kabar hoaks dan misinformasi. Cukup dengan satu jempol dan jari jemari, kabar tersebut disebar tanpa memperdulikan kebenarannya.
BACA JUGA:
Direktur Eksekutif Indonesia Information and Communication Technology (ICT) Institute, Heru Sutadi, mengatakan bila teknologi informasi bagai pisau bermata dua. Bila dimanfaatkan dengan benar, layanan pesan instan sejatinya digunakan untuk mengirimkan pesan, namun di tangan oknum tertentu aplikasi semacam ini menjadi media untuk menyebarkan informasi yang salah.
"Kalau kita gunakan secara positif, akan menghasilkan hal positif seperti kemajuan, kemudahan kecerdasan dan menghindari berita palsu," kata Heru Sutadi saat berbincang dengan VOI, Selasa 11 Agustus.
Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2017 lalu, pihaknya telah memblokir lebih dari 6.000 situs terindikasi menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Beberapa di antaranya berasal dari layanan pesan instan dan media sosial.
Heru mengharapkan, masyarakat cukup memahami fungsi dan perkembangan teknologi informasi saat ini. Di mana masyarakat sebaik-baiknya menyebarkan informasi yang positif ketimbang meneruskan kabar hoaks maupun misinformasi dalam ruang obrolan.
"Jika menerima informasi, cek dulu kebenaran informasi apakah benar atau tidak. Kalau pasti tidak benar, tidak perlu kembali disebar. Kalaupun informasi benar, tapi berisi ujaran kebencian, masalah SARA baiknya juga hanya sampai berhenti di kita," ujar Heru.
Cek Informasi Sebelum Disebarkan
Aplikasi pesan instan WhatsApp kerap kali dimanfaatkan sebagai media perantara penyebaran hoaks, misinformasi maupun penyebaran kebencian. Platform teknologi yang berada di bawah naungan Facebook ini pun terus berupaya memerangi kabar hoaks dengan merilis beragam fitur pencarian fakta.
Salah satunya, fitur 'Search Web', di mana pengguna WhatsApp bisa langsung mengecek kesahihan dari sebuah tautan berita atau situs web, terkait isu maupun informasi yang meragukan. Selain itu WhatsApp juga membatasi pesan yang dapat diteruskan dalam ruang obrolan untuk menangkal kabar hoaks.
Dengan cara ini, WhatsApp berupaya untuk mengurangi penyebaran informasi hoaks yang beredar di platform-nya. Terlebih saat mendapatan pesan berantai yang berisikan misinformasi atau kabar hoaks.