Bagikan:

JAKARTA - Menanggapi krisis chip semikonduktor secara global, khususnya pada industri otomotif, Ford Motor Co. berencana membangun chip untuk mendulang kembali bisnisnya dengan GlobalFoundries.

Menurut laporan, Ford Motor sedang dalam pembicaraan dengan pembuat chip komputer tersebut untuk menopang pasokan semikonduktornya dan menghindari terulangnya penutupan pabrik mobil tahun ini yang disebabkan oleh kekurangan semikonduktor.

Produsen mobil asal Detroit dan pemasok chip yang berbasis di New York kemarin mengumumkan penandatanganan perjanjian tidak mengikat untuk kemitraan strategis yang bertujuan meningkatkan pasokan chip ke Ford dari GlobalFoundries.

“Kesepakatan ini baru permulaan, dan bagian penting dari rencana kami untuk mengintegrasikan teknologi dan kemampuan utama secara vertikal,” ungkap CEO Jim Farley seperti dikutip dari ABC News, Jumat, 19 November.

Farley juga mendorong Ford mengembangkan lebih banyak rantai pasokannya untuk memastikan suku cadang terus mengalir. Jika perjanjian ini berjalan dengan baik, maka keduanya bisa menghasilkan manufaktur bersama untuk mendukung industri otomotif.

Ford sangat terpukul dengan kasus kekurangan chip global yang membebani hampir setiap produsen mobil. Seperti perusahaan lain, Ford kadang-kadang harus menutup sementara pabrik mobil dan bahkan membuat model tanpa beberapa komputer, dan memasangnya kembali.

Dari dampak tersebut, penjualan perusahaan di AS turun 27 persen dari Juli hingga September dan kehilangan 2,4 poin persentase pangsa pasar sebagian besar karena tidak dapat memproduksi cukup kendaraan untuk memenuhi permintaan konsumen.

Juru bicara Jennifer Flake mengatakan perusahaan berada pada fase "memorandum of understanding" dari hubungan mereka tetapi ingin bekerja sama untuk merancang chip dan mungkin memanfaatkan pengalaman manufaktur mereka.

Kekurangan chip bermula pada 2020 ketika pembuat mobil global terpaksa menutup pabrik untuk menghentikan penyebaran COVID-19. Pabrik-pabrik kembali beroperasi lebih cepat dari yang diharapkan dengan tindakan pencegahan keamanan, tetapi pada saat itu, banyak pembuat chip telah mengalihkan produksi ke elektronik konsumen dengan permintaan tinggi.

Bahkan, kebakaran di pabrik chip otomotif di Jepang memperburuk masalah. Karena sebagian besar chip dibuat di Asia. Banyak yang menduga kalau kekurangan chip ini akan berlangsung hingga 2022.