JAKARTA - Beberapa waktu lalu Apple meluncurkan rencana layanan untuk membuat pengguna di negara bagian Amerika Serikat (AS) menyimpan digital ID dan SIM mereka di dalam iPhone.
Namun, Apple menjadikan negara bagian AS membayar inisiatif tersebut dan memberikan dukungan pelanggan untuk rencananya mengubah iPhone menjadi kartu identifikasi digital.
Menurut dokumen yang diperoleh CNBC Internasional, Apple akan mempertahankan kontrol ketat atas data pribadi pelanggan. Perusahaan juga meminta negara bagian untuk memelihara sistem yang diperlukan guna menerbitkan dan melayani kredensial, mempekerjakan manajer proyek, semuanya dilakukan dengan menggunakan biaya pembayaran pajak.
Saat ini negara bagian yang telah berpartisipasi dalam kontrak meliputi Georgia, Arizona, Oklahoma, dan Kentucky. Kontrak tersebut juga mengatakan bahwa setiap negara bagian harus menguji layanan pada berbagai jenis perangkat Apple.
Lebih lanjut, negara bagian juga bertanggung jawab untuk mempromosikan layanan digital ID kepada warga, serta mendorong adopsi di antara anggota pemerintah federal dan negara bagian, termasuk polisi setempat dan Internal Revenue Service.
Badan-badan negara juga diharuskan untuk menampilkan program layanan tersebut dalam semua komunikasi publik yang berkaitan dengan Kredensial Identitas Digital, serta tunduk pada tinjauan dan persetujuan Apple.
Tidak sampai di situ, Apple meminta pertanggungjawaban negara atas keaslian verifikasi identitas program. Namun, Apple tidak bertanggungjawab atas segala perbedaan dalam sistem verifikasinya.
“Apple tidak bertanggung jawab atas Hasil Verifikasi apa pun, dan Agensi mengakui bahwa semua Hasil Verifikasi diberikan 'Sebagaimana adanya' dan tanpa jaminan apa pun, tersurat, tersirat atau lainnya, mengenai akurasi atau kinerjanya," bunyi kontrak tersebut seperti dikutip dari The Verge, Senin, 15 November.
Meskipun merupakan program yang dipimpin Apple, warga yang membayar pajak harus membayar tagihan juga untuk meluncurkan program digital ID platform tunggal ini di negara bagian mereka, bahkan jika mereka tidak memiliki iPhone sekalipun.
BACA JUGA:
Rencana Apple ini cukup menimbulkan sejumlah kekhawatiran, terutama menyoal keamanan. Di mana pengguna harus mentransfer dokumen mereka yang paling sensitif ke iPhone mereka, yang pada dasarnya menetapkan identitas mereka pada satu perangkat. Jika diterapkan secara tidak benar, maka akan mudah disalahgunakan.
Sama seperti apa yang Apple coba lakukan dengan program ID digitalnya yakni Clear, aplikasi identifikasi digital, berfungsi sebagai akses cepat ke garis depan keamanan di bandara dan stadion olahraga, atau sebagai aplikasi untuk menyimpan bukti vaksin COVID-19.
Clear digunakan untuk menjual data pengguna di masa lalu, menggunakan data tersebut untuk mempromosikan iklan yang relevan kepada pengguna. Meski demikian, tidak diketahui pasti bagaimana Apple akan memanfaatkan data ini, sebab sistem ID digitalnya akan segera menuju Connecticut, Iowa, Maryland, dan Utah, selain empat negara bagian yang disebutkan di atas.