JAKARTA - Sejumlah pabrikan otomotif global beramai-ramai untuk membangun pabrik perakitan kendaraan di negara lain mulai dari Stellantis yang memutuskan merakit EV Leapmotor di Eropa hingga Toyota yang telah membangun pabrik di Amerika Serikat (AS).
Tentunya beberapa pabrikan melakukan ini dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat dari regulasi yang ditetapkan di beberapa wilayah. Tetapi, hal ini tidak berlaku bagi merek seperti Ferrari.
CEO Ferrari, Benedetto Vigna menegaskan pabrikan berlogo kuda jingkrak ini tetap akan memproduksi mobilnya di tempat lahirnya brand legendaris tersebut, yaitu di Maranello, Italia.
“Kami tetap akan membuat mobil di Maranello,” tegas Vigna dikutip dari Reuters, Kamis, 12 Desember.
Vigna juga menambahkan pihaknya akan tetap melanjutkan penjualannya di pasar negeri Paman Sam meskipun presiden terpilih Donald Trump akan menetapkan tarif terhadap barang-barang rakitan Eropa.
“Dia (Trump) memutuskan apa yang harus dilakukan di sini, kami akan menghadapi peraturan baru itu walaupun akan ada tarif untuk kami,” jelas Vigna.
BACA JUGA:
Dengan demikian, Ferrari juga memastikan bahwa kendaraan listrik (EV) pertamanya akan tetap menjadi salah satu lini yang hanya dirakit di pabrik Maranello, Italia. Mobil ini dijadwalkan bakal debut pada akhir 2025 mendatang.
Pabrikan yang didirikan oleh Enzo Ferrari ini akan merakit EV pertamanya di pabrik ‘e-building’ di Maranello, Italia. Fasilitas ini diklaim memiliki jalur perakitan fleksibel yang memungkinkan Ferrari membuat mobil listrik dan non-listrik.
Pabrik baru ini akan memberikan jalur perakitan kendaraan tambahan untuk berbagai model, mulai dari internal combustion engine (ICE), hybrid, dan EV terbaru. Selain itu, fasilitas ini juga akan merakit komponen untuk produk elektrifikasi Ferrari.
Hingga kini, Ferrari masih bungkam mengenai spesifikasi, posisi model EV pertamanya, dan gaya yang akan diusung. Sebelumnya, harga EV pertama dari Ferrari bocor ke publik dengan kisaran 500.000 euro (Rp8,7 miliar).