Bagikan:

JAKARTA - Bentley menjadi pabrikan kesekian yang memutuskan menunda rencana menuju elektrifikasi sepenuhnya. Penyebabnya juga sama yaitu ketidakpastian kondisi pasar dengan melambatnya penjualan kendaraan listrik (EV) global.

Melansir dari Carscoops, Senin, 30 September, merek mewah ini berencana untuk mengadopsi teknologi hybrid dalam jangka pendek karena menilai pelanggan kelas atas masih menginginkan kendaraan bermesin pembakaran.

CEO and Chairman Bentley Motors Frank-Steffen Walliser, mengatakan adopsi teknologi kendaraan listrik saat ini lebih lambat dari perkiraan banyak orang di industri otomotif.

“Hal yang kami lihat di pasar kendaraan mewah saat ini adalah konsumen menolak mobil listrik dan menganggap mobil premium ialah bermesin pembakaran (ICE),” kata Walliser.

Meskipun demikian, mantan petinggi Porsche ini menyebut pihaknya akan mempertahankan mesin ICE namun tetap digabungkan teknologi ramah lingkungan dengan menghadirkan lebih banyak mobil plug-in hybrid (PHEV) di masa mendatang.

Ia menilai PHEV sebagai solusi sementara yang dapat menjembatani kesenjangan antara ICE dengan EV sepenuhnya serta menyuarakan kendaraan pembakaran untuk menggunakan bahan bakar sintetis atau e-fuels.

“Targetnya adalah mengurangi jejak CO2 dan saya sepenuhnya yakin bahwa dengan e-fuels dapat menutup kesenjangan tersebut, karena ini dapat menurunkan emisi berkarbon,” tambah Walliser.

Meskipun demikian, Bentley belum menyerah terhadap elektrifikasi murni. Menurut Walliser, merek berencana untuk meluncurkan EV perdananya sekitar tahun 2026 yang kemudian dilanjutkan dengan menjualnya setahun setelahnya.

Pabrikan juga mengatakan memiliki ambisi menjadi merek EV sepenuhnya pada pertengahan 2030-an mendatang. Namun, detailnya masih belum diungkapkan.

Sebelumnya, merek di bawah naungan Volkswagen Group ini menegaskan komitmennya dengan hanya menjual mobil PHEV dan EV pada tahun 2026 mendatang dengan berkomitmen sepenuhnya pada elektrifikasi murni di akhir dekade ini.