Bagikan:

JAKARTA - Peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke mobil listrik dalam beberapa tahun terakhir gencar dikampanyekan secara global karena didorong berbagai alasan kuat, baik dari segi lingkungan, ekonomi, maupun teknologi.

Pada awalnya kampanye penggunaan mobil listrik ini berjalan cukup mulus namun menjelang akhir tahun 2024 ini dunia otomotif global tengah menghadapi kenyataan pahit. Target produksi mobil listrik (EV) yang dicanangkan sebelumnya oleh sejumlah pabrikan ternama, kini harus dikurangi. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan permintaan EV yang melambat di bawah perkiraan.

Menurut data firma riset pasar Rho Motion, dikutip dari Reuters, 10 September, penjualan global EV (termasuk listrik murni dan hybrid plug-in) di semester pertama 2024 hanya naik 20 persen. Angka ini jauh lebih rendah dari perkiraan. 

Sementara kawasan Eropa, sebagai kawasan yang gencar dari awal mendorong penggunaan mobil listrik, bahkan hanya mengalami pertumbuhan 1 persen di periode yang sama.

Menanggapi situasi ini, pabrikan mobil mulai menyesuaikan kembali target dan rencana mereka. 

Hingga 10 September ini, beberapa pabrikan besar yang melakukan penyesuaian target produksi EV di antaranya:

  • Toyota: Raksasa otomotif asal Jepang ini dilaporkan memangkas target produksi EV 2026 hingga sepertiga. Awalnya mereka berencana membangun 1,5 juta unit, namun kini angka tersebut direvisi menjadi 1 juta unit. Meski begitu, Toyota menyatakan komitmen jangka panjangnya untuk memproduksi 1,5 juta EV per tahun pada 2026 dan 3,5 juta unit pada 2030. 
  • Volvo Cars: Produsen mobil asal Swedia ini membatalkan target "full electric" pada 2030. Artinya, mereka berencana untuk tetap menawarkan beberapa model hybrid hingga saat itu. Target baru mereka adalah 90-100 persen mobil yang terjual pada 2030 merupakan EV murni atau hybrid plug-in, sementara sisanya (hingga 10 persen) berupa hybrid ringan (mild hybrid).
  • Volkswagen: Raksasa otomotif Eropa ini masih mempertahankan target 2030 untuk proporsi penjualan EV, yaitu 70 persen di Eropa dan 50 persen di Amerika Serikat dan China. Namun, mereka mengakui adanya perlambatan permintaan dan kepala teknologi grup Volkswagen menyatakan rencana pembangunan pabrik baterai mereka masih bisa berubah tergantung pada permintaan EV.
  • Pabrikan lainnya: Ford, Porsche, Renault, General Motors, Mercedes-Benz, Bentley, dan Aston Martin semuanya telah melakukan penyesuaian target atau strategi terkait produksi EV mereka. Beberapa di antaranya bahkan menunda peluncuran model EV baru.

Perlambatan permintaan EV ini menandakan bahwa adopsi teknologi baru ini menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Sementara insentif dan kebijakan ramah lingkungan terus digalakkan, faktor lain seperti harga kendaraan, infrastruktur pengisian daya, perang yang memicu kekurangan bahan baku, hingga preferensi konsumen turut memengaruhi laju transisi ke era mobil listrik.