Bagikan:

JAKARTA - Raksasa otomotif Stellantis mengambil langkah tegas untuk mengatasi margin keuntungan yang tipis dan tingginya stok kendaraan di Amerika Serikat (AS). CEO Carlos Tavares, menyatakan tidak segan untuk menghentikan merek-merek yang terus merugi di antara 14 portofolio mereknya.

Dilaporkan Reuters, dikutip 26 Juli, pernyataan ini menandai perubahan arah kebijakan Tavares. Sebelumnya, sejak Stellantis dibentuk pada 2021 melalui merger Fiat Chrysler (Amerika Serikat-Italia) dan PSA (Prancis), ia selalu menyatakan bahwa ke-14 merek tersebut, termasuk Maserati, Fiat, Peugeot, dan Jeep, memiliki masa depan.

"Jika mereka tidak menghasilkan uang, kami akan menutupnya," tegas Carlos Tavares kepada wartawan setelah produsen mobil terbesar keempat dunia ini membukukan laporan keuangan semester pertama yang lebih buruk dari perkiraan. Akibatnya, saham Stellantis anjlok hingga 10 persen.

"Kami tidak bisa lagi menanggung merek yang tidak menghasilkan keuntungan," ancamnya.

Saat ini, Stellantis mempertimbangkan Leapmotor asal China sebagai merek ke-15 mereka, setelah sebelumnya menyepakati kerja sama yang luas.

Di lain sisi, perusahaan otomotif ini belum merilis data keuangan individual untuk tiap merek, kecuali Maserati yang dilaporkan mengalami kerugian operasi sebesar 82 juta euro (sekitar Rp1,45 triliun) pada semester pertama.

Beberapa analis memperkirakan Maserati berpotensi dijual oleh Stellantis. Merek lain seperti Lancia atau DS juga diwaspadai akan dihentikan karena kontribusi yang minim terhadap keseluruhan penjualan grup.

Harga saham Stellantis di Milan anjlok hingga 12,5 persen pada hari Kamis, menjadi yang terendah sejak Agustus 2023. Hal ini membuat saham Stellantis menjadi yang berkinerja terburuk di antara produsen mobil Eropa lainnya dengan penurunan 22 persen sepanjang tahun ini.

Penghentian merek mobil jarang terjadi sejak General Motors (GM.N) menghentikan merek merugi Saturn dan Pontiac selama kebangkrutan yang dipimpin pemerintah AS pada krisis keuangan global 2008.

Tavares berada di bawah tekanan untuk meningkatkan kembali margin keuntungan dan penjualan yang lesu serta mengurangi stok kendaraan di Amerika Serikat. Stellantis bertaruh pada peluncuran 20 model baru tahun ini yang diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas.

Hasil buruk produsen mobil global baru-baru ini telah memicu kekhawatiran tentang melemahnya prospek penjualan di pasar utama seperti AS. Mereka juga harus bergulat dengan transisi yang mahal ke kendaraan listrik dan persaingan yang semakin ketat dari rival China yang lebih murah.