JAKARTA - Pabrikan dari Jepang seperti Toyota, Subaru, dan Mazda telah berkomitmen akan kembangkan mesin pembakaran internal (ICE) terbaru yang lebih ramah lingkungan dengan tercapainya dekarbonisasi. Meskipun demikian, rival lainnya seperti Nissan memilih pendekatan berbeda.
Pabrikan berbasis di Yokohama, Jepang ini menegaskan tidak akan lagi mengembangkan mesin ICE dan diesel terbaru. Dengan demikian, ini semakin menguatkan komitmen merek dalam peralihan ke elektrifikasi sepenuhnya.
Nissan Senior Vice President and Chief Planning Officer Africa, Middle East, India, Europe, and Oceania Francois Bally, mengatakan bahwa pihaknya akan berkomitmen penuh pada EV dan meninggalkan teknologi lama seperti diesel.
“Masa depan kami adalah EV, e-Power adalah batu loncatan untuk mencapai tujuan tersebut, dan setiap pasar akan bergerak dengan kecepatannya masing-masing,” tegas Bally, dikutip dari Drive, Selasa, 4 Juni.
BACA JUGA:
Sistem hybrid e-Power saat ini tersedia di berbagai model Nissan pada pasar global, terdiri dari Serena, Kicks, Qashqai, dan X-Trail. Bahkan, pabrikan mengindikasikan bahwa teknologi ini akan diperluas ke berbagai model seperti Juke dan Pathfinder di masa mendatang.
Lebih lanjut, teknologi ini akan diadopsikan pada generasi berikutnya Navara dengan plug-in hybrid (PHEV) karena model terbaru ini berbagi platform dengan Mitsubishi Triton.
Meskipun mengungkapkan tidak lagi berinvestasi dalam mesin pembakaran, rencana elektrifikasi ini tidak bisa terjadi secara instan. Nissan akan menyesuaikan dengan beberapa peraturan di berbagai wilayah, contohnya Afrika yang masih melegalkan mobil berstandar Euro 2.
“Pasar Afrika seperti Euro2, Euro4, jadi laju penurunan ICE sangat bergantung pada pasar per pasar, namun investasi kami jelas mengarah ke EV, diperkuat dengan e-Power,”
Dengan demikian, penghentian produksi mesin ICE akan dilakukan secara bertahap. Mesin saat ini kemungkinan akan diperbarui untuk memenuhi peraturan yang lebih ketat.