Bagikan:

JAKARTA – Mazda, pabrikan otomotif dari Jepang, juga tersandung kasus yang melibatkan sejumlah kendaraannya di Jepang. Masalah ini baru diketahui setelah Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata (MLIT) mengeluarkan permintaan untuk investigasi pada 26 Januari 2024 lalu.

Dalam penyelidikan itu, pihak Mazda dan otoritas setempat menyelidiki sebanyak 2.403 pengujian. Hasil investigasi menemukan kejanggalan pada total lima pengujian dalam dua kategori yang dilaporkan ke pemerintah pada 30 Mei. Diketahui sebanyak 150.878 unit kendaraan produksi dan 149.313 unit yang terjual telah terdampak.

Salah satu penyimpangan yang dilakukan oleh pabrikan ialah kejanggalan pada uji tabrak yang melibatkan tiga model yang sudah dihentikan produksinya. Dalam uji sertifikasi untuk perlindungan penumpang dalam tabrakan dari depan, perangkat eksternal airbag hanya keluar secara tepat waktu, bukan aktivasi spontan berdasarkan deteksi tabrakan oleh sensor onboard.

Kendaraan yang terdampak mencakup Atenza produksi November 2014 ke April 2018 dengan produksi volume 29.547 unit dan unit terjual pada periode Januari 2015 hingga Mei 2018 terdiri dari 29.505 unit.

Kemudian, model Axela produksi Agustus 2016 ke Februari 2019 produksi volume 46.067 unit dengan periode penjualan September 2016 ke Maret 2019 dengan volume 46.046 unit. Lalu, model Mazda6 atau Atenza juga terdampak pada masa produksi April 2018 ke April 2024 berjumlah 22.094 unit dengan masa penjualan dari Juni 2018 hingga saat ini dengan total 21.641 unit.

“Kami ingin menyampaikan permintaan maaf yang tulus atas ketidaknyamanan dan kekhawatiran yang ditimbulkan kepada pelanggan, mitra bisnis, dealer, dan seluruh pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan Mazda,” tulis Mazda dalam laman resminya, Selasa, 4 Juni.

Lebih lanjut, kasus kedua melibatkan dua model yang tersandung masalah penyetelan ulang perangkat lunak kontrol mesin. Dalam pengujian sertifikasi mesin on-board mesin bensin, seharusnya dilakukan dengan menggunakan software pengendali mesin yang kondisinya sama dengan kendaraan produksi massal, namun dilakukan dengan menggunakan perangkat pengendali yang mengatur waktu sistem pengapian yang sebagian dinonaktifkan.

Kendaraan yang terdampak masalah ini termasuk MX-5 Roadster RF produksi dari Juni 2018 hingga saat ini dengan jumlah 10.930 unit pada masa penjualan dari Juli 2018 berjumlah 10.760 unit.

Sementara itu, Mazda2 dengan mesin 1,5 bensin juga terdampak kasus ini dengan produksi mulai Juni 2021 berjumlah 42.240 unit dengan masa penjualan mulai dari Juni 2021 dengan volume 41.361 unit.

Dengan demikian, pengiriman pada model MX-5 Roadster RF dan Mazda2 telah dihentikan untuk sementara sejak 30 Mei lalu.

Meskipun model pada kasus pertama telah dihentikan produksinya, pabrikan telah melakukan verifikasi teknisi internal serta pengujian ulang dan memastikan bahwa sejumlah kendaraan memiliki kinerja yang sesuai standar hukum untuk perlindungan penumpang.

“Tidak ada masalah keselamatan bagi pelanggan untuk terus mengemudikan kendaraan yang terkena dampak. Kami akan segera mengambil tindakan yang tepat seperti konfirmasi kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan dengan berkonsultasi dengan MLIT,” pungkas Mazda.