Jual Dua Pabrik Kendaraan, Hyundai Resmi Keluar dari Pasar Otomotif Rusia
Solaris adalah salah satu model hasil produksi pabrik Hyundai di Rusia. (Dok. Automotive News Europe)

Bagikan:

JAKARTA - Hyundai, perusahaan otomotif dari Korea Selatan resmi keluar dari pasar otomotif Rusia setelah menjalani kesepakatan untuk menjual dua pabriknya ke Art-Finance baru-baru ini.

Pihak pembeli mengatakan bahwa telah menyelesaikan akuisisi pabrik tersebut di wilayah St. Petersburg, Rusia, serta menerima persetujuan dari pemerintah setempat dan layanan anti-monopoli federal, demikian lansiran Reuters, Senin, 29 Januari.

Sebelumnya, pabrikan berencana menjual asetnya di Rusia seharga 10.000 rubel atau sekitar Rp1,7 jutaan saja. Yang berarti, Hyundai harus menanggung kerugian sebesar 287 miliar won atau setara dengan Rp3,3 triliunan.

Art-Finance mengatakan aset tersebut telah menjadi bagian dari AGR Group miliknya yang mencakup dua lokasi produksi, pertama berlokasi di St. Petersburg dan fasilitas bekas General Motors sebelum Hyundai mengakuisisinya pada 2020 lalu. Dikatakan kedua pabrik ini memiliki kapasitas tahunan dengan total 300.000 kendaraan.

Perusahaan asal Rusia ini dimiliki oleh Andrei Pavlovich, orang yang berperan dalam akuisisi aset Volkswagen di Rusia pada Mei 2023 lalu. Pabrik Hyundai tersebut nantinya akan berganti nama setelah semua prosedur pendaftaran selesai.

Hyundai memutuskan untuk menjual asetnya dan menarik diri dari pasar Rusia karena dampak Rusia menginvasi wilayah Ukraina pada Februari 2022 lalu. Jauh sebelum Hyundai, beberapa produsen otomotif dari Eropa dan Jepang telah keluar dari pasar Rusia.

Meskipun telah keluar dari Rusia, Hyundai mengonfirmasi pada Desember lalu bahwa mereka akan melanjutkan pengoperasian layanan purnajual untuk kendaraan yang telah terjual terlebih dahulu di negara tersebut.

Namun ditinggalkan oleh beberapa merek ternama, industri otomotif Rusia tidak alami penurunan. Produsen mobil China berhasil menjadi penyelamat dan telah mencapai puncaknya setelah menjual lebih dari 56 persen karena produksi lokal yang memasuki fase pemulihan.