JAKARTA – Hyundai Motor Company, raksasa otomotif asal Korea Selatan, bersama mitranya BAIC Motor, mengumumkan investasi besar senilai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp17,6 triliun. Langkah ini dilakukan melalui pembentukan usaha patungan (joint venture) untuk memproduksi dan menjual mobil Hyundai di pasar otomotif terbesar dunia, China.
Melansir dari Reuters, Jumat, 13 Desember, investasi ini menunjukkan komitmen Hyundai meskipun menghadapi tantangan berat dari para pesaing lokal, terutama BYD, yang sejak 2018 mendominasi pasar mobil listrik China. Dengan investasi yang dibagi rata antara Hyundai dan BAIC, kedua perusahaan berharap dapat meningkatkan daya saing di negeri tirai bambu yang kini menjadi medan perang sengit industri otomotif.
Strategi Baru: Fokus pada Kebutuhan Konsumen dan Pasar Global
BAIC mengungkapkan bahwa usaha patungan ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat posisi di pasar domestik, tetapi juga berpotensi menjadikan China sebagai basis produksi untuk ekspor global.
“Kami berencana memperkenalkan lebih banyak produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen lokal,” ujar perwakilan BAIC.
Namun, tantangan Hyundai tak bisa dianggap enteng. Berdasarkan data dari China Association of Automobile Manufacturers (CAAM), Hyundai hanya berhasil menjual 136.460 unit kendaraan selama sembilan bulan pertama tahun ini. Penjualan ini sebagian besar masih didominasi oleh mobil bermesin pembakaran internal (internal combustion engine atau ICE), dengan 34.179 unit di antaranya diekspor ke pasar luar negeri.
BACA JUGA:
Secara keseluruhan, penjualan Hyundai di China menunjukkan tren menurun. Pada tahun 2022, Hyundai hanya berhasil menjual 249.000 unit, jauh dibandingkan puncak penjualan mereka pada 2016 yang mencapai lebih dari satu juta unit.
Penurunan ini juga berdampak pada operasional Beijing-Hyundai, usaha patungan sebelumnya antara Hyundai dan BAIC. Hingga kini, dua dari empat pabrik Hyundai di China telah ditutup akibat melemahnya permintaan.
Tantangan terbesar Hyundai di China adalah transisi besar-besaran menuju kendaraan listrik. Data terbaru menunjukkan kendaraan listrik murni (electric vehicle atau EV) dan plug-in hybrid (PHEV) kini menguasai lebih dari 50% pasar otomotif China. Sayangnya, Hyundai hingga saat ini belum menghadirkan model EV atau PHEV di pasar tersebut, dan masih bergantung pada penjualan mobil ICE.
Melalui kolaborasi baru ini, Hyundai dan BAIC diharapkan dapat mengubah arah strategi mereka dan menghadirkan kendaraan yang relevan dengan kebutuhan pasar modern. Jika Hyundai berhasil memanfaatkan momentum ini, usaha patungan ini bisa menjadi batu loncatan untuk kembali bersaing di pasar otomotif China yang semakin kompetitif.