Bagikan:

JAKARTA - Mobil listrik di Indonesia mulai beragam dan sudah terlihat banyak menghiasi jalan berbagai kota, khususnya di Jakarta. Namun bicara mobil listrik bekas ternyata memiliki tingkat depresiasi yang cukup tinggi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wily Willim, selaku Fleet and Auction Head JBA Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa mobil listrik bekas lebih tinggi depresiasinya dibandingkan mobil konvensional.

"Pernah ada unitnya tapi ketika mobil listrik masih berusia sekitar satu tahun depresiasinya sudah sekitar 35 persen, dibandingkan dengan harga baru," katanya, saat ditemui di Jakarta, Selasa, 28 November.

Lebih lanjut ia menuturkan hal tersebut sangat berbeda dengan mobil konvensional pada umumnya, di mana pada kepemilikan tahun pertama depresiasinya hanya 25 persen.

Bukan tanpa alasan, menurutnya salah satunya karena mobil listrik menjadi unit kendaraan tambahan, bukan pilihan utama seperti kendaraan konvensional.

"Banyak yang khawatir seperti mengisi daya dan masih banyak lagi alasan lain, situasi tersebut membuat depresiasi menjadi lebih tinggi," paparnya.

Senada dengan Wily, Johan Wijaya, selaku Sales & Operasional General Manager PT JBA Indonesia, mengatakan depresiasi mobil listrik memang lebih tinggi dari mobil konvensional pada umumnya.

"Mungkin floornya kegedean, jadi pasti depresiasinya itu tinggi," ujarnya.

Seperti diketahui salah satu komponen mobil listrik yakni baterai memiliki harga yang tergolong mahal. Hal tersebut juga harus dipertimbangkan konsumen ketika terjadi kerusakan.

"Harga baterai setengah dari harga mobil, garansinya juga hanya delapan tahun, dan banyak yang mengukur usia kendaraan dari sana," tutup Wily.