Bagikan:

JAKARTA - Beberapa hari lalu, seperti diberitakan sebelumnya Toyota, perusahaan otomotif terbesar di dunia, secara mengejutkan menghentikan pengoperasian semua pabrik perakitan di Jepang dikarenakan kerusakan pada sistem produksi.

Kegagalan ini menghentikan seluruh aktivitas di pabrik-pabrik tersebut, yang berdampak pada hilangnya waktu yang seharusnya digunakan untuk memproduksi kendaraan. Meskipun demikian, tampaknya masalah di pabrik-pabrik Toyota telah teridentifikasi.

Dilansir dari Reuters, Rabu, 30 Agustus, dua sumber yang mengetahui situasi tersebut menyebutkan bahwa kerusakan terjadi selama proses pembaruan sistem pemesanan suku cadang Toyota.

Meskipun demikian, pihak Toyota belum memberikan pernyataan resmi tentang penyebab pasti dari gangguan tersebut. Pada hari Rabu, juru bicara Toyota juga enggan mengonfirmasi apakah masalah ini muncul selama proses pembaruan sistem.

Meski begitu, Toyota telah berhasil memulai kembali operasi di pabrik-pabrik perakitan mereka di Jepang hanya satu hari setelah mengalami kendala. Penutupan penuh produksi di fasilitas-fasilitas domestik mereka dapat berdampak pada pendapatan hingga sekitar 356 juta dolar AS.

Sementara itu, perusahaan melaporkan peningkatan penjualan global sebesar 8% pada bulan Juli dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, atau mencatat rekor 859.506 kendaraan terjual. Mereka juga mencatat kenaikan produksi global sebesar 15% pada bulan yang sama.

Sebelumnya, Toyota telah menghentikan operasi di 12 pabriknya sejak Selasa pagi, hanya dua pabrik yang masih beroperasi. Namun, akhirnya ke-14 pabrik akan berhenti setelah shift kedua hari itu, dan dampak hilangnya produksi masih harus dihitung.

Insiden ini merupakan pukulan serius bagi pabrikan tersebut, terutama karena produksi Toyota di Jepang sedang dalam tahap pemulihan setelah menghadapi serangkaian penurunan produksi akibat kekurangan semikonduktor.

Pada tahun sebelumnya, operasi Toyota juga terganggu ketika salah satu pemasoknya menjadi target serangan siber. Hanya dengan satu hari gangguan tersebut, produksi sekitar 13.000 mobil tidak dapat terwujud.

Kondisi bisnis di Jepang secara keseluruhan belakangan ini sedang waspada, seiring banyaknya perusahaan dan kantor pemerintah yang melaporkan gangguan pada panggilan telepon mereka.