JAKARTA - Kia, produsen mobil asal Korea Selatan, saat ini sedang mengerjakan pabrik yang akan memproduksi sekitar 150.000 kendaraan komersial listrik per tahun. Ini merupakan bagian dari rencana besar mereka untuk menjadi salah satu dari tiga merek kendaraan listrik terbesar di dunia pada tahun 2030.
Mereka berharap pabrik tersebut dapat berdiri dan dioperasikan pada tahun 2025 dengan menginvestasikan 775 juta dollar AS atau sekitar Rp11,5 triliun. Untuk proyek tersebut, mereka membeli tanah seluas 99.000 hektar.
Meski belum ada pengumuman resmi mengenai kendaraan pertama yang akan diproduksi di pabrik tersebut, namun dikutip dari Carscoops, Selasa, 11 April, mobil tersebut dinamakan SW. Kia merencanakan akan memperkenalkan sebuah van pada tahun 2025 yang akan menggunakan platform eS. Kendaraan ini diharapkan berguna untuk perusahaan pengiriman, angkutan multi-kursi, robotaxis, dan lainnya.
Kia juga berharap dapat membangun hingga 150.000 unit di pabrik tersebut pada tahun pertama produksi dan memperluas produksinya tergantung dari permintaan. Untuk memfasilitasi produksi beberapa kendaraan untuk berbagai keperluan, Kia akan menggunakan teknologi yang mutakhir, seperti metode pengorganisasian selular untuk mempercepat pekerjaan.
CEO dan Presiden Kia, Ho Sung Song, mengungkapkan bahwa mereka akan bersandar pada workstation otomatis untuk mengambil alih tugas berat yang menantang. Mereka akan menggunakan fasilitas rendah karbon dengan menerapkan metode konstruksi ramah lingkungan selama proses pengecatan kendaraan.
BACA JUGA:
"Fokus kami adalah untuk meningkatkan daya saing untuk seluruh ekosistem kendaraan listrik, termasuk bagian penelitian, pengembangan, produksi, dan infrastruktur, serta memimpin dalam mendorong perubahan dan inovasi dalam industri otomotif global yang baru," ucap Ho Sung Song.
Proyek ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar bagi Kia untuk menjadi produsen kendaraan listrik terbesar ketiga di dunia pada tahun 2023. Kia bersama dengan Hyundai Motors dan Hyundai Mobis juga akan menginvestasikan 18,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp269,3 triliun.