Gempa Cianjur, Rumah Tahan Gempa dan Mitigasi Bencana
Gempa Cianjur menewaskan banyak jiwa dan meluluhlantahkan rumah warga. (Antara)

Bagikan:

Gempa Cianjur, Jawa Barat menelan korban hingga ratusan jiwa. Tercatat sampai Minggu (27/11) 318 korban tewas sementara ribuan lagi luka baik ringan maupun berat.

Gempa berskala magnitudo 5,6 tersebut sebenarnya masih moderat. Banyak korban jatuh lantaran tertimpa bangunan.

Sejumlah pemimpin dunia mengirim kabar duka. Raja Charles III dari Inggris mengeluarkan pernyataan resmi ikut berduka cita. Presiden China Xi Jinping termasuk pemimpin dunia yang langsung bereaksi dan mengirim pesan duka kepada Presiden Jokowi. Presiden China bahkan menawarkan bantuan yang diperlukan untuk korban gempa Cianjur.

Presiden Jokowi saat meninjau korban gempa kemudian meminta aparat untuk membangun kembali rumah yang hancur dengan bangunan tahan gempa.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono bergerak cepat. Menurut Basuki seperti dimuat VOI, rumah yang hancur akibat gempa Cianjur akan dibangun dengan standar tahan gempa.

Pembangunan rumah baru diperuntukkan bagi korban gempa yang rumahnya mengalami kerusakan berat, runtuh, atau terpaksa direlokasi. Sedangkan bagi korban gempa yang rumahnya mengalami kerusakan ringan dan sedang akan mendapatkan kompensasi Rp50 juta, yang merupakan stimulan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Menteri PUPR juga sudah memerintahkan Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR untuk melakukan verifikasi terhadap rumah-rumah korban gempa Cianjur. Sedangkan rumah baru bagi korban gempa Cianjur akan dibangun dengan teknologi tahan gempa Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA).

Teknologi RISHA adalah perwujudan sebuah rumah dengan desain modular yaitu konsep yang membagi sistem menjadi bagian-bagian kecil (modul) dengan ukuran yang efisien agar dapat dirakit menjadi sejumlah besar produk yang berbeda-beda.

Desain bangunan rumah dengan sistem modular ini dapat diubah-ubah atau dikembangkan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan dari penghuninya. Selain itu pembangunan rumah dengan teknologi RISHA sangat cepat.

Soal rumah tahan gempa ini memang harus menjadi perhatian. Harusnya dibuat aturan khusus bukan sekedar imbauan. Misalnya setiap rumah di daerah wajib mempergunakan teknologi tahan gempa. Sebab diketahui Indonesia masuk daerah rawan gempa. Sementara penduduk yang tinggal di wilayah rawan gempa tersebut cukup banyak. Daerah Cianjur dan sekitarnya misalnya.

Juga yang tidak kalah penting adalah masyarakat Indonesia harus dibekali pengetahuan penyelamatan diri menghadapi bencana. Pengetahuan tersebut harus diajarkan secara masif hingga ke pelosok desa. Karena meski berulang kali mengalami bencana gempa, faktanya masyarakat belum memahami langkah penyelamatan.

Mungkin, salah satu contoh ketika Wakil Ketua Komisi V DPR Roberth Rouw malah tertawa cengengesan saat Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati bersembunyi di bawah meja saat gempa Cianjur berkekuatan magnitudo 5,6 terasa hingga ke Gedung DPR. Momen yang terjadi saat Komisi V DPR menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kepala BMKG dan Kepala Basarnas Senin (21/11) tersebut, seperti diakui sendiri oleh Roberth Rouw karena ketidaktahuan soal mitigasi bencana saat gempa bumi terjadi. (*)