JAKARTA - David Coote sudah dipecat dari jabatan wasit Premier League oleh PGMOL (Professional Game Match Officials Limited) atau badan yang bertanggung jawab atas wasit di sepak bola Inggris.
Pemecatan dilakukan bulan lalu setelah Coote diskors pada November 2024 menyusul video yang beredar di media sosial bahwa dia menghina Liverpool dan Jurgen Klopp.
Tak hanya itu, ada juga video lain yang memperlihatkan sang wasit menghirup bubuk putih yang diduga narkoba.
Baru-baru ini, Coote mengakui penggunaan narkoba tersebut dalam sebuah wawancara dengan The Sun.
Dia menyebut pemakaian barang terlarang tersebut merupakan bentuk ketakutan dirinya yang kerap dilecehkan karena penyimpangan seksual--suka sesama jenis.
Karena perilakunya itu, Coote pun meminta maaf, khusunya buat Liverpool dan Jurgen Klopp, dan menegaskan bahwa apa yang dia lakukan tidak layak dicontoh.
"Saya ingin minta maaf kepada siapa pun yang telah saya sakiti dengan tindakan saya. Anda dapat melihat dari video itu bahwa saya tidak sadar."
"Saya telah menerima pelecehan yang sangat tidak menyenangkan selama karier saya sebagai wasit dan menambahkan (penyimpangan) seksualitas saya ke dalamnya akan sangat sulit."
"Seksualitas saya bukanlah satu-satunya alasan yang membuat saya berada dalam posisi itu."
"Namun, saya tidak akan menceritakan kisah yang autentik jika saya tidak mengatakan bahwa saya gay dan bahwa saya benar-benar berjuang untuk menyembunyikannya."
"Saya menyembunyikan emosi saya sebagai wasit muda. Saya juga menyembunyikan seksualitas saya. Kualitas yang baik sebagai wasit, tetapi kualitas yang buruk sebagai manusia," kata Coote kepada The Sun dalam sebuah wawancara yang dirilis pada Senin, 27 Januari 2025.
BACA JUGA:
Coote diskors oleh PGMOL pada 11 November 2024 dan kontroversi meningkat beberapa hari kemudian.
The Sun kala itu merilis sebuah video yang diduga menunjukkan dia menghirup bubuk putih saat memimpin pertandingan di Euro 2024, yang mendorong penyelidikan baru oleh UEFA.
Dia juga memimpin pertandingan di Olimpiade 2024 dan mengatakan bahwa dia berada di tempat yang sangat gelap sejak video itu dipublikasikan saat berjuang melawan tekanan karena beban kerjanya.
"Pada tahun 2023, saya tiba-tiba kehilangan ibu saya. Pada saat yang sama, paman saya didiagnosis menderita penyakit saraf motorik."
"Setelah Covid dan diperkenalkannya VAR, enam wasit tiba-tiba dibutuhkan untuk setiap pertandingan."
"Saya tidak mengenali diri saya sendiri dalam video kokain itu. Saya tidak bisa merasakan apa yang saya rasakan saat itu, tetapi itulah saya."
"Saya berjuang dengan jadwal dan tidak ada kesempatan untuk berhenti. Jadi, saya menemukan diri saya dalam posisi itu, melarikan diri."
"Saya tidak menerima apa pun untuk itu. Saya benar-benar kecewa dengan hal seperti ini karena itu menodai integritas permainan," ujar Coote.
Kini, sang wasit mengatakan bahwa dia sudah melupakan kebiasaan mengonsumsi narkoba setelah menjalani terapi, tetapi masih merasa malu atas tindakannya.
"Saya bersalah atas apa yang saya lakukan, tetapi saya berusaha menjadi orang terbaik yang saya bisa sekarang."
"Saya telah mengambil langkah-langkah untuk mencoba dan menjadi yang terbaik baik dari segi fisik maupun mental."
"Bagi orang lain yang berada dalam situasi seperti saya, saya akan mengatakan carilah bantuan."
"Bicaralah dengan seseorang. Jika Anda memendamnya seperti yang telah saya lakukan, itu harus diungkapkan dengan cara tertentu," tutur Coote.
Coote lebih lanjut juga mengutip contohnya sendiri untuk menunjukkan bagaimana pelecehan yang tak henti-hentinya dari tribun dan di media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental wasit.
"Setiap wasit yang turun ke lapangan di seluruh negeri dari lapangan permainan lokal hingga Liga Inggris adalah manusia, bukan hanya wasit."
"Mereka punya perasaan. Mereka mungkin tidak menunjukkannya, tetapi itu akan memengaruhi mereka saat mereka menerima pelecehan."
"Saya telah berjuang. Saya telah mencoba untuk mengatasinya dengan cara saya sendiri dan membuat keputusan yang buruk dalam melakukannya," katanya.
Narkoba Tak Pengaruhi Keputusan di Lapangan
Meski mengakui penyalahgunaan narkoba, David Coote bersikeras bahwa barang terlarang tersebut tidak memengaruhi keputusannya di lapangan.
Dalam sebuah wawancara dengan Sky Sports awal minggu ini, Coote menyebut penggunaan narkoba tak memengaruhi kemampuannya untuk membuat keputusan yang jelas dan ringkas selama pertandingan.
Soalnya, dia mengungkapkan bahwa pemakaian barang terlarang itu tak dilakukan sebelum pertandingan.
"Saya dapat memahami mengapa (orang) mungkin berpikir seperti itu. Namun, saya ingin menjelaskan bahwa ini benar-benar masalah pribadi bagi saya."
"Itu terjadi di sekitar respons saya untuk mengatasi tekanan dan itu terjadi setelah pertandingan tanpa memengaruhi pekerjaan saya."
"Tentu saja saya tidak memaafkannya untuk satu contoh pun. Saya menyesali tindakan tersebut. Saya membuat pilihan yang sangat buruk saat itu."
"Ada saat-saat ketika saya melarikan diri ke tempat yang benar-benar tidak ingin saya kunjungi lagi," kata wasit 42 tahun itu.
Terungkapnya kasus narkoba Coote membuatnya sempat berada dalam titik terendah dalam hidupnya.
Tak lama setelah The Sun merilis video yang memperlihatkan sang wasit menggunakan narkoba, dia sempat terlintas ingin bunuh diir.
"Pada awalnya, itu benar-benar mengejutkan, lalu ketika cerita-cerita lain mulai terungkap, itu benar-benar sulit."
"Pada saat itu dan hari-hari pertama, semuanya benar-benar suram karena saya merasa malu dan bersalah atas apa yang telah saya lakukan selama ini."
"Situasi yang saya alami membuat saya benar-benar harus bergantung pada dukungan orang lain agar saya bisa bertahan."
"Kalau tidak, sejujurnya, saya tidak tahu apakah saya akan berada di sini. Pada minggu pertama, saya memiliki pikiran untuk bunuh diri."
"Saya tidak segera bertindak, tetapi pada saat itu, itu benar-benar sulit. Banyak orang menghubungi saya secara berkala karena mereka khawatir dengan kesejahteraan saya."
"Banyak hal yang saya sesali, baik karena melakukan maupun mengatakan, semuanya terungkap dalam rentang waktu seminggu atau lebih."
"Padahal, sebenarnya banyak di antaranya terjadi dalam kurun waktu empat atau lima tahun lalu. Dalam benak saya, saya melupakan semua itu."
"Kemudian saya mendapati diri saya menghadapi apa yang sebenarnya terjadi, yang kemudian membangkitkan kembali masa-masa sulit dan pikiran-pikiran yang sangat berat," tutur Coote.
David Coote pun sudah menerima nasibnya dipecat sebagai wasit Premier League yang ada di bawah kewenangan PGMOL.
Dia sudah menyesali perbuatannya dan meminta maaf telah menghina Liverpool serta Jurgen Klopp.
Setelah memimpin lebih dari 100 pertandingan Liga Inggris sepanjang, pria berusia 42 tahun pun sekarang harus lapang dada menutup kariernya sebagai wasit dengan cap negatif.