JAKARTA - Laga final Piaal AFF 2024 menghadirkan drama yang luar biasa saat Vietnam mengalahkan Thailand.
Pada leg pertama yang berlangsung di Stadion Viet Tri, 2 Januari 2025, Golden Stars unggul agregat sementara dengan skor 2-1.
Drama kemudian lahir pada leg kedua di Stadion Rajamangala pada Minggu, 5 Januari 2025, malam WIB.
Partai tersebut berlangsung sengit. Vietnam menang dengan epik, skor 3-2 untuk unggul agregat 5-3, plus kartu merah satu pemain Thailand.
Vietnam membuat Thailand kian tenggelam saat laga baru berjalan delapan menit. Pham Tuan Hai mencetak gol untuk membuka keunggullan.
Tim tamu unggul lebih dulu ketika bola panjang dari belakang tak bisa diantisipasi Jonathan Khemdee. Tuan Hai bereaksi paling cepat untuk melepaskan tembakannya melewati Patiwat Khammai.
Tuan rumah merespons dengan tepat dan menyamakan skor agregat setelah membalikkan keadaan menjadi 2-1 melalui gol dari Ben Davis (28') dan Supachok Sarachat (64').
Balasan dari Thailand tiba pada menit ke-28 ketika tekanan tinggi mereka membuat Doan Ngoc Tan kehilangan bola di tepi areanya sendiri, yang memungkinkan Davis dengan tenang melepaskan tendangan melengkung dari jarak 25 yard yang gagal dijangkau Nguyen Dinh Trieu.
BACA JUGA:
Hanya lima menit kemudian, bencana tampaknya telah menimpa Vietnam. Pemain bintang Nguyen Xuan Son alias Rafaelson mengalami cedera serius.
Dugaan awal, dia mengalami robekan ligamen anterior cruciatum yang membuatnya harus ditandu keluar lapangan.
Rafaelson, yang baru melakukan debut internasionalnya bersama Vietnam dan telah mencetak tujuh gol dari hanya empat pertandingan sebelum Minggu, tidak dapat disangkal lagi adalah pemain mereka yang paling berpengaruh.
Ia tampak siap untuk memenangi turnamen sendirian. Dia akhirnya mengklaim penghargaan Pemain Paling Berharga dan Pencetak Gol Terbanyak, yang diterima oleh rekan satu timnya atas namanya sambil mengangkat kausnya setelah ia dibawa ke rumah sakit.
Dengan hilangnya Rafaelson sebagai ancaman utama, semangat Thailand semakin meningkat. Tuan rumah mulai benar-benar mengurung pertahanan Vietnam.
Pada babak kedua, Thailand membuat Vietnam di bawah tekanan setelah gol kedua mereka lewat Supachok Sarachat membuat skor jadi 2-1 dan agregat imbang. Keunggulan itu terjadi di tengah kontroversi yang nyata.
Awalnya terjadi kebingungan besar, tetapi tayangan ulang akhirnya menunjukkan bahwa, setelah Dinh Trieu melemparkan bola keluar lapangan, mungkin agar pemain yang cedera bisa mendapat perawatan, Thailand memilih untuk tidak mengembalikan bola dari lemparan ke dalam.
Sebaliknya, Supachok akan maju ke arah gawang dan melepaskan tendangan keras sejauh 35 yard yang membuat kiper Vietnam itu kewalahan.
Kubu Vietnam menjadi marah. Bahkan, tampaknya ada pemeriksaan VAR untuk menilai keabsahan tendangan tersebut.
Setelah wasit menemui kedua pelatih untuk menjelaskan interpretasinya tentang kejadian tersebut, wasit Ko Hyung-Jin memberi isyarat bahwa gol tersebut disahkan.
Namun, justru tekanan dari Thailand setelah itu melemah. Malahan, tuan rumah harus bermain dengan 10 orang pada menit ke-74 ketika Weerathep Pomphan menerima kartu kuning keduanya karena melanggar Vu Van Thanh.
Vietnam merasa adil setelah gol kedua Thailand yang kontroversial. Saat laga tampak akan berlanjut ke babak perpanjangan usai agregat imbang 3-3, drama terjadi.
Delapan menit setelah kartu merah tersebut, Vietnam merebut kembali keunggulan agregat berkat gol bunuh diri dari Pansa Hemviboon.
Thailand tak menyerah. Mereka bukan hanya juara bertahan, tetapi juga juara tujuh kali turnamen tersebut.
Tak ada kata bertahan dalam kondisi tertinggal agregat. Suphanan Bureerat giat mengancam.
Tembakannya nyaris membuat keadaan kembali imbang, tapi bola membentur mistar gawang pada menit terakhir waktu normal. Pansa, yang berupaya menebus kesalahannya, juga nyaris mencetak gol.
Umpan tinggi lainnya ke area Vietnam menyebabkan segala macam kekacauan, tetapi tendangan Seksan Ratree berhasil diblok bek tim tamu.
Waktu tambahan 15 menit telah ditandai. Pertandingan memasuki menit ke-110.
Dalam satu upaya terakhir untuk menjaga kedudukan tetap imbang, Thailand mengirim Patiwat ke sudut gawang.
Vietnam berhasil menghalau bola. Kemudian mereka memiliki keberanian untuk keluar dari situasi tersebut.
Alhasil, setelah melewati rintangan, Nguyen Hai Long melanjutkan dengan melepaskan tendangan rendah dari hampir garis tengah lapangan menuju gawang Thailand yang tidak dijaga. Gol.
Hai Long membuat Vietnam unggul 3-2 sekaligus agregat berubah menjadi 5-3. Skor tersebut bertahan hingga laga usai.
Hasil tersebut membuat Vietnam membalas dendam kepada musuh bebuyutan mereka setelah final Piala AFF 2022.
Thailand gagal meraih gelar juara ketiga berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Meskipun Vietnam bisa dibilang sebagai favorit sebelum turnamen, setidaknya di atas kertas, mereka masih harus mengatasi banyak kesulitan untuk merasakan kesuksesan tersebut.
Kemenangan tersebut mengingatkan bagaimana Thailand mengalami kekalahan di Stadion Rajamangala, satu-satunya kekalahan kandang di turnamen tersebut, pada edisi 2008.
Kala itu, Gajah Putih juga kalah dari Vietnam yang pada akhirnya meraih gelar juara Piala AFF pertama kali usai bermain seri 1-1 pada leg kedua di Staion My Dinh, agregat 3-2.
Selama 16 tahun kemudian, mereka kini telah melakukannya tiga kali.