Bagikan:

JAKARTA - Erik ten Hag tengah jadi sorotan. Dia mendapat tekanan dari berbagai penjuru untuk segera angkat kaki dari Manchester United.

Banyak yang mengira bahwa petinggi The Red Devils akan memecat manajer asal Belanda itu setelah rapat eksekutif pada Selasa, 8 Oktober 2024.

Kenyataannya, bos-bos Manchester United hening selepas pertemuan selama tujuh jam di kantor pusat Ineos, London. Artinya, sejauh ini nasib Ten Hag masih aman.

Seperti diketahui, desakan mendepak Ten Hag tak lepas dari hasil buruk Manchester United pada awal musim ini.

Pada tujuh laga Liga Inggris yang sudah dilalui, The Red Devils baru mengemas delapan poin, rekor terburuk dalam 35 tahun.

Namun, di samping tuntutan pemecatan Ten Hat, ternyata masih banyak yang mendukung manajer 54 tahun untuk bertahan di Old Trafford.

Salah satu pemain yang masih menginginkan Ten Hag di ruang ganti ialah bek senior Jonny Evans.

Bek 36 tahun itu menyebut bahwa pengawasan ketat dari manajemen kepada Ten Hag justru biang keladi dari jebloknya performa tim.

Psikologis pemain di ruang ganti menjadi terganggu karena tekanan tersebut.

"Itu memengaruhi para pemain. Itu juga ada dalam pikiran kami. Saya pikir semakin banyak pengalaman yang saya miliki dalam karier, saya memastikan melakukan segalanya untuk siap dan memberikan semua yang saya bisa untuk tim."

"Itulah yang penting untuk menunjukkan semangat dalam tim. Semua orang berkompetisi semaksimal mungkin. Itu hal yang menyenangkan untuk dilihat," kata Evans.

Selain tekanan dari manajemen klub, simpang siurnya masa depan Ten Hag juga berandil membuat pemain tak nyaman.

Padahal, menurut Evans, masih banyak suporter yang mendukung pelatih asal Belanda tersebut.

Tengok saja dua laga terakhir Manchester United yang dirumorkan akan jadi pertimbangan untuk masa depan Ten Hag.

The Red Devils cuma meraih hasil seri melawan Porto (3-3) di Liga Europa dan 0-0 kontra Aston Villa. Hasil itu memperpanjang catatan tidak pernah menang tim menjadi lima laga.

Kenyataannya, justru suporter tampak puas dengan raihan tersebut.

"Anda melihat para penggemar di akhir, dukungan yang mereka berikan kepada tim. Mereka telah mendukung para pemain secara besar-besaran selama bertahun-tahun. Sangat menyenangkan baginya (Ten Hag) melihat itu."

"Malam itu (setelah hasil imbang 3-3 melawan Porto), dia menjadi sedikit emosional. Anda bisa melihatnya, membiarkan pertandingan itu berlalu begitu saja."

"Anda bisa melihat semua orang berlari ke lapangan untuk mendapatkan hasil yang lumayan," ujar Evans kepada Sky Sports.

Simpati dan Kemampuan

Sementara waktu, kursi Erik ten Hag masih aman. Dia dikabarkan masih akan memimpin tim melawan Brentford pada pekan kedelapan Liga Inggris usai jeda internasional.

Hanya saja, bukan berarti sang manajer bisa nyaman. Segala hasil berikutnya benar-benar dipantau ketat.

Sejumlah nama pun sudah disiapkan, mulai dari Thomas Tuchel hingga Ruud van Nistelrooy.

Kondisi itu pun melahirkan beragam reaksi. Ada yang sepakat Ten Hag terus diberikan tekanan, bahkan didepak sesegera mungkin.

Namun, ada juga dukungan yang mengalir agar sang pelatih tetap bertahan. Salah satu simpati datang dari pundit sepak bola Inggris dan legenda Liverpool, Jamie Carragher.

Carragher melihat petinggi Manchester United salah karena membuat Ten Hag tak menentu. Sebelum penandatangan kontrak baru pada musim panas, bos-bos The Red Devils berbicara dengan kandidat manajer.

Situasi itulah yang memperparah dan membuat ruang ganti tim kian panas.

"Saya bersimpati kepadanya. Saya pikir ia telah dibiarkan terkatung-katung akibat apa yang terjadi selama musim panas dengan pemilik klub berbicara dengan manajer lain."

"Saya bersimpati kepadanya. Tidak ada manajer atau siapa pun yang bekerja di klub yang ingin atasannya berbicara di depan umum dengan banyak orang yang berbeda dalam permainan. Akan sulit baginya untuk mengakhiri musim ini," kata Carragher.

Selain Carragher, mantan penggawa Manchester United, Andy Cole, juga membela sang manajer.

Dia sepakat dengan Carragher bahwa Ten Hag tidak bisa disalahkan sendiri terkait kondisi terkini tim.

Krisis di Manchester United seharusnya dilihat secara lebih luas. Pemain juga punya andil dalam buruknya performa klub.

"Apa pun yang diputuskan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, itu akan dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik klub."

"Jika Anda melihat gambaran yang lebih besar, Anda tidak bisa hanya menyalahkan manajer."

"Manajer memilih pemain, tetapi para pemainlah yang harus keluar dan memenangi pertandingan sepak bola. Begitulah adanya," tutur Cole.

Andy Cole lebih lanjut menegaskan bahwa prestasi Ten Hag juga tak buruk. Meraih dua trofi dalam dua musim terakhir bukanlah sebuah keberuntungan meski sekelas Piala FA dan Carabao Cup.

"Bagaimanapun Anda melihatnya, bagi seorang individu untuk memenangi dua piala dalam dua musim pertama di Manchester United, itu bukan keberuntungan. Anda tidak bisa beruntung dua musim berturut-turut," kata Cole kepada Betfred.

Terlepas dari itu, jika Manchester United jadi memecat Ten Hag, mereka akan dibebani kompensasi besar. Angka kompensasinya hanya lebih kecil ketimbang Jose Mourinho.

Kalau The Red Devils jadi mendepak Ten Hag pada bursa musim panas kemarin, kompensasinya masih di angka 10 juta pound.

Namun, setelah penandatanganan kesepakatan baru, paket kompensasinya sekarang akan bernilai sekitar 15 juta pound.