Bagikan:

YOGYAKARTA - PSIM Yogyakarta melakukan ziarah ke makam raja-raja di Kotagede dan Imogiri. Ziarah ini menjadi tradisi rutin bagi PSIM sebelum berkompetisi.

PSIM rutin melakukan ziarah setiap menjelang kompetisi. Memasuki Liga 2 2024/2025, Jumat, 6 September 2024 malam WIB, Laskar Mataram kembali berziarah ke makam raja-raja.

Kegiatan ziarah dilakukan tidak hanya untuk mempererat ikatan tim dan refleksi diri. Ziarah juga memberi kesempatan bagi para pemain untuk lebih mengenal budaya dan sejarah Yogyakarta.

Laskar Mataram meninggalkan Kota Yogyakarta sekitar pukul 17.00 WIB. Tim tiba di makam raja-raja di Kotagede sesaat sebelum adzan Maghrib berkumandang.

Para pemain dan rombongan yang memeluk agama Islam menunaikan sholat terlebih dahulu sebelum melakukan rangkaian ziarah.

Ziarah ini menjadi tradisi rutin bagi PSIM Jogja sebelum mulai berkompetisi tiap musimnya. Tujuannya, selain untuk mempererat ikatan tim dan refleksi diri, ziarah ini juga menjadi kesempatan bagi para pemain untuk lebih mengenal budaya dan sejarah Yogyakarta.

Saat memasuki makam, mereka harus mengenakan pakaian tradisional khas Mataram. Selanjutnya, mereka masuk secara berurutan ke area makam para raja dan melakukan ziarah.

Kegiatan ziarah menjadi pengalaman baru bagi para pemain, terutama mereka yang musim ini baru bergabung dengan PSIM. Edgard Amping, salah satu pemain yang baru pertama kali melakukan ziarah di sini, mengungkapkan rasa antusiasnya.

"Rasanya antusias. Ini menjadi pengalaman baru. Selain itu saya bisa mengenal lebih dalam budaya Yogyakarta," ujar Edgard yang berasal dari Mamuju, Sulawesi.

Rangkaian kegiatan di dalam makam tidak boleh didokumentasikan. Hal ini dimaksudkan agar ziarah berlangsung secara sakral dan penuh pemaknaan.

Kegiatan ziarah di lokasi pertama ini berakhir sekitar pukul 19.45 WIB. Rombongan Laskar Mataram langsung beranjak menuju tempat kedua, yakni makam raja-raja di Imogiri. Perjalanan menuju ke sana membutuhkan waktu sekitar setengah jam.

Ketika tiba di makam raja-raja Imogiri, pemain melaksanakan sholat Isya’ terlebih dahulu. Selanjutnya, mereka langsung berganti baju adat di sana dan melakukan foto bersama terlebih dahulu sebelum masuk ke area makam raja-raja Imogiri. Suasana hening dan sakral terasa ketika mereka akan mulai melakukan serangkaian kegiatan ziarah di dalam area makam.

Pemain asal Jepang, Yusaku Yamadera, menuturkan dirinya angat senang karena bisa merasakan kesempatan berziarah kali ini. Menurut dia ini menjadi pengalaman tak terlupakan.

"Rasanya campur aduk. Ini adalah pengalaman pertama saya ke sini. Dan, saya tidak tahu harus melakukan apa. Hanya bingung. Tapi, saya sangat antusias," ujar Yamadera.

"Saya sangat senang berasa di sini untuk melakukan tradisi ini. Dan, saya sangat mengapresiasi kesempatan yang luar biasa dan jarang saya dapatkan ini," kata dia lebih lanjut.

Seluruh rangkaian kegiatan ziarah di dalam area makam raja-raja di Imogiri ini juga tidak boleh didokumentasikan. Ini juga menjaga kesakralan kegiatan.

Bagi pelatih Seto Nurdiyantoro, ziarah ke makam raja-raja ini merupakan tradisi yang selalu membuatnya rindu. "Tentunya ada rasa perjalanan tersendiri. Meski sudah sering ke sini, tapi selalu merindukan hal-hal seperti ini," tuturnya.

Lebih lanjut, dirinya juga melihat makna utama kegiatan ini bagi para pemain, terutama yang baru pertama kali mengikuti ziarah.

"Ini pengalaman yang pertama untuk sebagian pemain. Kita mendoakan leluhur. Intinya seperti itu. Ini mengingatkan kita bahwa suatu saat kita juga akan meninggal," kata dia menjelaskan.