Bagikan:

JAKARTA - Insiden yang menimpa pemain Filipina, Adrian Ugelvik, di laga putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 kontra Timnas Indonesia, 11 Juni 2024, menjadi pengingat.

Sepak bola tak sekadar pertarungan 2 x 45 menit. Asas fair play, respect, dan persatuan tetap menjadi fondasi dalam bal-balan.

Kolapsnya Adrian Ugelvik di lapangan membuka mata bahwa asas tersebut tetap yang utama. Semua pemain bersatu, berkumpul, dan berusaha memberikan pertolongan pertama, tidak peduli dengan warna jersey.

Setelah meminta tim medis segera datang, semua pemain Indonesia dan Filipina membuat barikade lingkaran mengelilingi Adrian Ugelvik yang dikomandoi Jay Idzes.

Pagar hidup itu bukan tanpa alasan. Cara itu merupakan bentuk respek dan empati kepada pemain yang sedang kolaps agar tak masuk sorotan kamera serta penonton.

Cara itu mulai menjadi perhatian ketika Christian Eriksen kolaps saat laga Denmark vs Finlandia Euro 2020 pada Juni 2021.

Setelah itu pesepak bola di dunia mulai sadar akan pentingnya barikade tersebut. Insiden serupa terjadi di Ligue 1 pada Agustus 2021.

Samuel Kalu kolaps di laga Marseille vs Bordeaux pada menit kelima. Laurent Koscielny langsung memberikan pertolongan pertama kepada Kalu dan pemain kedua tim membuat pagar hidup sembari meminta tim medis bergerak cepat.

Pemain Indonesia dan Filipina buat barikade untuk lindungi Adrian Ugelvik yang tengah kolaps dan mendapat pertolongan (VOI/Ferry Tri Adi)

Terbaru, sebelum insiden Adrian Ugelvik, Tom Lockyer mengalami kejadian nahas serupa. Dia ambruk di laga Liga Inggris antara Luton Town vs Bournemouth pada Desember 2023.

Insiden yang dialami Eriksen bak menjadi tonggak pentingnya sesama pesepak bola saling peduli. Selain soal pagar hidup, pesepak bola juga sudah semakin melek dengan pertolongan pertama.

Simon Kjaer menjadi perbincangan saat memberikan pertolongan pertama kepada Eriksen sehingga nyawanya bisa diselamatkan. Bek Denmark itu memastikan lidah Eriksen tidak tertelan sehingga tidak menyumbat pernapasan.

Aksi Kjaer membuat sepak bola diseluruh dunia kian masif memberikan pembelakan kepada pemain soal pertolongan pertama tersebut.

Sepak bola Indonesia misalnya, pemain mulai dibekali kemampuan pertolongan pertama pada Desember 2021. Melalui Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI), para pemain Tanah Air diberi edukasi untuk membantu pertolongan pertama rekan seprofesi di lapangan agar meminimalisasi dampak lebih buruk.

Sebagai contoh, APPI pembekalan CPR (cardiopulmonary resuscitation) untuk para anggotanya sebagai upaya pertolongan medis untuk mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah dalam tubuh kepada pemain yang kolaps.

"Ini satu pelajaran bagi seluruh pesepak bola dunia termasuk pesepak bola Indonesia. Kejadian yang menimpa Eriksen menjadi pembelajaran bahwa kesadaran pemain terhadap pertolongan pertama apabila ada rekan yang mengalami cedera di tengah lapangan," kata Firman Utina, Presiden Executive Committee (Exco) APPI, kala itu.

"Kejadian Eriksen tidak bisa diprediksi. Beruntung ada kapten (Simon Kjaer) yang memahami cara memberikan pertolongan pertama. Maka saran saya, seluruh stakeholder saling berkolaborasi untuk memberikan edukasi kepada pemain dan bekerja sama dengan dokter untuk cara memberikan pertolongan pertama terhadap cedera yang terjadi di lapangan saat pertandingan berlangsung," ujar Andritany Ardhiyasa, Wakil Presiden Exco APPI, menambahkan.

Soalnya, Indonesia pernah berduka ketika ada insiden pemain, Choirul Huda, yang kolaps di lapangan pada 2017. Terlambat memberikan pertolongan pertama, kiper Persela Lamongan itu gagal diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia.