Bagikan:

JAKARTA – Sebelum laga kontra Zhang Zhilei di Riyadh, Arab Saudi pada Sabtu malam 1 Juni 2024, Deontay Wilder menegaskan bahwa kiprahnya di ring tinju akan tamat jika dia kalah.

“Jika saya kalah, maka ini akan menjadi pertarungan perpisahan saya dan ring tinju,” ujar Wilder, seperti dikutip ESPN.

Meskipun bekas juara dunia kelas berat WBC, Wilder tidak diunggulkan dalam laga tersebut. Usianya yang 38 tahun, lebih muda tiga tahun dibandingkan Zhang (41 tahun), juga tak menjadi faktor yang memperkuat posisi Wilder.

“Akhir yang brutal dan menyedihkan. Wilder harus mengakui dirinya sudah habis, tidak ada lagi yang tersisa,” ujar Dan Rafael, kolumnis tinju ESPN Sports.

Pada masa jayanya, Wilder sangat disegani karena selalu menang KO dalam setiap pertarungan. Dari 43 penampilan awal, sebanyak 42 dia menangi lewat TKO atau KO. Hanya sekali Wilder menang angka, saat menghadapi Bermaine Stiverne di Las Vegas pada 17 Januari 2015.

Kemenangan tersebut menjadikan Wilder juara kelas berat WBC, dan gelar tersebut dipertahankan sebanyak 10 kali dalam kurun waktu 4 tahun 10 bulan. Sampai akhirnya kekalahan pertama dia dapatkan saat menghadapi Tyson Fury.

Dalam laga di Las Vegas, 22 Februari 2020, Wilder kalah TKO ronde 7 dari Fury. Dia kalah lagi dalam rematch kontra Fury di Las Vegas, 9 Oktober 2021. Saat itu Wilder dirobohkan KO pada ronde 11.

Berusaha bangkit dari kekalahan dengan kemenangan KO atas petinju asal Finlandia, Robert Helenius, keberuntungan Wilder tak berlanjut. Dia kalah lagi dalam dua pertarungan terakhirnya, masing-masing kalah angka dari Joseph Parker di Riyadh, Arab Saudi pada 23 Desember 2023 dan terakhir dari Zhang.

Sebelum terjun menjadi petinju profesional, Deontay Wilder menutup kiprah amatirnya sebagai peraih perunggu Olimpiade Beijing 2008. Sebab itu, dia menjuluki dirinya sebagai “The Bronze Bomber”.