Bagikan:

JAKARTA - Korea Selatan (Korsel), dan Thailand dinilai mampu mengembangkan potensi devisa dari sektor olahraga.

Namun di Indonesia, pengembangan olahraga masih terfokus pada pembinaan atlet.

Padahal, Indonesia memiliki potensi wisata di bidang pagelaran olahraga.

Setiap tahun ada pagelaran olahraga berskala Internasional dan nasional diadakan di Indonesia.

Pengamat Hubungan Internasional UPN Veteran Jakarta, Asep Kamaluddin Nashir menilai, Indonesia harus belajar dari Korea Selatan (Korsel), dan Thailand serta negara lain yang mengembangkan potensi devisa dari sektor olahraga.

Melihat potensi tersebut, Indonesia seharusnya mengembangkan konsep sport tourism atau penyelenggaraan kegiatan olahraga yang dipadukan dengan promosi pariwisata.

Namun nyatanya, sambung Asep, sport tourism di Indonesia saat ini dibawahi oleh tiga kementerian sehingga menyulitkan panitia pelaksana untuk mengurus semua keperluan.

"Untuk persoalan pariwisata akan diberikan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sedangkan hal-hal yang menyangkut olahraga diserahkan kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)," kata Asep, Minggu, 17 Maret.

Kendala lainnya, lanjutnya, pada aspek promosi budaya yang kerap diarahkan kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Selanjutnya produk-produk kreatifitas diwadahi oleh Kementerian Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Kemenkop-UMKM).

"Agar potensi sport tourism ini maksimal, maka diperlukan kesatuan kerja di bawah satu kementerian," tegasnya.

Asep pun mengusulkan untuk menggabungkan Kementerian Olahraga, Kementerian Pariwisata, dan Dirjen Kebudayaan menjadi satu kementerian yang dinamakan Kementerian Budaya, Olahraga, dan Pariwisata.

"Keberadaan kementerian yang memayungi tiga sektor di atas bukanlah suatu hal yang baru. Beberapa negara telah membentuk kementerian (gabungan)," ujarnya.

Merujuk pada kesuksesan Korea Selatan dan Thailand tersebut, ada baiknya pemerintahan yang baru terbentuk nantinya mempertimbangkan untuk menggabungkan Kemenparekraf dan Kemenpora ditambah Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan yang saat ini berada di bawah Kemendikbudristek.

Sementara sektor ekonomi kreatif bisa tetap di bawah kementerian baru ini atau dipindahkan posisi ke Kemenkop-UMKM.

Kemudian untuk permasalahan kepemudaan bisa dipertahankan sebagai salah satu Ditjen di lingkungan kementerian yang baru dengan dasar masalah budaya dan olahraga memerlukan kontribusi pemuda.

"Sebagai alternatif urusan kepemudaan bisa diintegrasikan ke Kementerian Pendidikan mengingat eksistensi pemuda yang dekat dengan isu pendidikan," katanya.

Melalui adanya kementerian baru ini, sambung Asep, diharapkan mampu meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata sekaligus memberanikan diri untuk bersaing dengan Korea Selatan dan Thailand sebagai opsi pariwisata di kawasan Asia.

Sebelumnya diberitakan, kemajuan ajang olahraga di Indonesia dinilai belum berkembang secara merata dibanding negara lain di tingkat asia. Pengamat Hubungan Internasional UPN Veteran Jakarta, Asep Kamaluddin Nashir menyebut, fokus pengembangan olahraga di Indonesia, hanya berputar pada pembinaan atlet.

"Indonesia harus belajar dari Korea Selatan (Korsel), dan Thailand serta negara lain yang mengembangkan potensi devisa dari sektor olahraga," kata Asep Kamaluddin, Minggu, 17 Maret.