JAKARTA - Perancis U-17 memang sukses melangkah ke semifinal Piala Dunia U-17 2023. Hanya saja, dalam perjalanannya mereka punya satu titik lemah yang menjadi sorotan.
Penyelesaian akhir masih menjadi kekurangan tim dan belum juga ditemukan solusinya oleh pelatih Les Bleus, Jean-Luc Vannuchi.
Padahal, Perancis U-17 tampil dominan dalam penguasaan bola dan penciptaan peluang hampir seluruh laga.
Bicara penguasaan bola, Les Bleus hanya kalah dari Korea Selatan U-17 dalam lima laga yang sudah dimainkan.
Sementara menengok penciptaan peluang, Perancis U-17 punya catatan minimal dua digit. Hanya pada laga kontra Senegal U-17, anak asuh Vannuchi mengemas delapan percobaan.
Jika memerinci lebih lanjut, Joachim Kayi Sanda dan kolega mengoleksi 15 tembakan, sembilan di antaranya tepat sasaran, ketika bertemu Burkina Faso U-17. Dari torehan itu, mereka berhasil mencetak tiga gol.
Berlanjut ke laga kedua fase grup, mereka masih superior dengan 12 peluang, empat di antaranya mengarah ke gawang, saat berjumpa Korea Selatan U-17. Namun, mereka cuma berhasil menjadikan satu gol.
Kemudian, pada bentrok melawan Amerika Serikat U-17 mereka meraup 10 percobaan, enam di antaranya tepat sasaran. Mereka sukses memaksimalkan tiga tembakan menjadi gol.
BACA JUGA:
Raihan fase grup tampak kalau Perancis U-17 tidak konsisten. Bisa dibuktikan lebih lanjut ketika masuk babak gugur.
Anak didik Vannuchi melempem saat bersua Senegal U-17. Mereka cuma mengemas delapan tambakan dengan empat di antaranya tepat sasaran, tapi tidak satu pun dikonversi gol.
Lebih menyedihkan lagi saat bertemu Uzbekistan U-17 di perempat final. Dominasi dalam segala hal tak menjamin Perancis U-17 banjir gol.
Padahal, mereka menciptakan 28 peluang, tapi cuma dua yang mengarah ke gawang. Dari dua peluang emas itu, hanya satu yang berbuah gol.
Vannuchi mengakui bahwa penggawanya masih lemah dalam penyelesaian akhir. Les Bleus terbilang beruntung bisa membuat gol lebih dulu dan lawan tidak bisa mencetak gol.
Andaikan Perancis U-17 tertinggal lebih dulu, Vannuchi secara tersirat mengakui akan kesulitan mengejar ketertinggalan.
"Saya pikir kami beruntung bisa mencetak gol terlebih dahulu. Hari ini kami memiliki banyak peluang, tapi kami tidak mampu menyelesaikannya dengan baik," kata Vannuchi selepas laga melawan Uzbekistan U-17.
Pengakuan Vannuchi soal anak asunya yang bakal kesulitan jika kondisi tertinggal bukan tanpa alasan.
Perancis U-17 tercatat kesulitan mencetak gol cepat atau gol pada babak pertama.
Dari delapan gol yang sudah diciptakan, hanya dua yang dibuat pada paruh pertama, itu pun di fase grup. Detailnya, melawan Korea Selatan U-17 pada menit kedua dan kontra Amerika Serikat U-17 pada injury time.
Bahkan, lima gol yang dicetak Les Bleus terjadi di atas menit ke-80. Kondisi itu jelas membuat Vannuchi kelimpungan.
“Kami seharusnya bisa mencetak gol lebih awal. Jika kami bisa melakukan hal yang sama lagi di dua pertandingan berikutnya maka saya jelas akan sangat senang," tutur Vannuchi.
Vannuchi jelas pusing dengan pekerjaan rumah yang ada di depan mata. Andai saja Senegal U-17 dan Uzbekistan U-17 bisa mencetak gol lebih dulu, nasib Les Bleus bakal berbeda.
Hanya saja, keberuntungan masih menaungi mereka seperti pengakuan sang pelatih.
“Ketika mereka (Uzbekistan U-17) mulai melemah secara fisik, kami cukup beruntung bisa mencetak gol, tapi itu tidak mudah,” kata Vannuchi.
Kelemahan Perancis U-17 kini mulai terekspose. Efisiensi lini depan masih membawa masalah meski mereka menebusnya dengan kesolidan lini pertahanan.
Namun, pada laga semifinal, kondisi tim seperti itu punya kans tidak bisa berbuah manis seperti sebelumnya. Tim-tim yang tidak memiliki keunggulan dalam serangan akan bertemu apesnya.
Tak heran, salah seorang pemain Perancis U-17, Mathis Lambourde, menyadari kelemahan itu dan pentingnya penyelesaian akhir di laga semifinal dan selanjutnya.
“Kami tahu bahwa kami benar-benar perlu meningkatkan penyelesaian akhir kami dan menjadi lebih baik menjelang akhir pertandingan. Hal itu memberi diri kami lebih banyak keunggulan dengan mencetak gol–sekali, dua kali, tiga kali–di babak pertama,” ujar Lambourde.