SportCast: Arif Wicaksono, Terjun ke Sepak Bola karena Merasa Dilecehkan sebagai Orang Indonesia
CEO Nine Sport Inc yang juga Calon Ketua Umum PSSI 2023-2027, Arif Putra Wicaksono, saat bincang-bincang dengan VOI. (Foto: Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Nama Arif Putra Wicaksono dikenal sebagai pebisnis handal. Dia pemilik dari Nine Sport Inc. sebuah perusahaan yang kerap mendatangkan klub-klub Eropa.

Chelsea, Hamburg SV, Ajax Amsterdam, Sevilla, Espanyol, Juventus, dan AS Roma berhasil didatangkan ke Indonesia.

Tak hanya mendatangkan tim luar negeri ke Indonesia, Arif dan koleganya juga pernah mengirimkan pemain dan klub Indonesia ke Eropa.

Pria kelahiran Jakarta pada 21 Oktober 1981 tersebut sebenarnya tak hobi dengan sepak bola. Awal kariernya bergelut dalam dunia sepak bola bukan karena kecintaannya terhadap olahraga ini.

"Saya sebenarnya dari dulu kalau ditanya kenapa ke sepak bola, karena saya sering merasa dilecehkan sebagai orang Indonesia," kata Arif.

Bekerja sebagai promotor tentu membuatnya memiliki jaringan yang luas. Namun siapa sangka, semua itu dia bangun dengan mengandalkan Google!

Lantas seperti apa suka duka Arif dalam membangun bisnisnya tersebut? Berikut bincang-bincang reporter VOI, Ulfa Gusti Utami, bersama Arif Wicaksono, salah satu kandidat calon Ketua Umum PSSI 2023 - 2027:

Bagaimana cerita awal pertama kali bergelut dengan dunia sepak bola?

"Saya sebenarnya dari dulu kalau ditanya kenapa ke sepakbola, karena saya sering merasa dilecehkan sebagai orang Indonesia. Disitu saya ingin mencari cara bagaimana membawa bendera Indonesia bisa berkibar di berbagai negara. Dari banyak hal, saya melihat pangsa terbesar sebagai hal yang bisa digunakan adalah sepak bola."

Apa suka duka menjadi promotor yang kerap mendatangkan pemain atau tim luar negeri ke Indonesia?

"Kendalanya banyak, karena dari awal saya masuk ke dunia ini banyak orang yang tidak tahu bagaimana Indonesia, jadi saya harus jelaskan. Setelah tahu Indonesia, mereka akan bertanya kenapa harus buat sepak bola Indonesia, secara peringkat FIFA dan berbagai hal lainnya berbeda. Tapi itu jadi hal yang memacu saya untuk memajukan Indonesia, karena dengan banyak event internasional itu akan membantu menaikan, mengkomersilkan Indonesia."

"Banyak ketertarikan yang timbul setelah datang ke Indonesia. Mereka (klub Eropa) sadar ternyata Indonesia banyak yang bisa dieksplor. Contohnya saat pertama Chelsea ke Indonesia. Gelora Bung Karno jadi rekor attendance mereka yang pernah rasakan seumur perjalanan karier klub itu. Di mana jumlah penonton terbanyak justru malah tercatat di Indonesia."

Dalam bisnis ini, tentu jaringan yang luas sangat diperlukan. Bagaimana cara Anda membangun koneksi dengan banyak klub Eropa?

"Asal usul sangat sederhana, karena saya bilang niat awalnya karena sering dilecehkan. Jadi singkat cerita saya dulu pernah ketemu orang di lain negara tahun 1990-an. Dia bertanya soal asal saya yang dari Indonesia, tapi dia kemudian tanya kenapa saya pakai sandal. Dari situ jadi hal yang membuat saya sedih. Karena mereka mikirnya orang Indonesia tidak mampu pakai sepatu, di Indonesia tidak punya gedung dan hal hal lain. Itu yang membuat saya terus meyakinkan orang kalau indonesia itu baik."

"Contohnya banyak orang yang kerja sama dengan Indonesia tapi menggunakan agency pihak lain. Dan itu terjadi di banyak bidang. Kantornya ada di Singapura tapi barangnya di Indonesia, itu yang mau saya potong, mau saya bypass. Jadi awal pertama di 2006, saya mencoba supaya punya link ke sepak bola."

"Tapi saya pikir gimana caranya? Saya berangkat dari Google, semua saya Google agency yang di luar. Mereka saya kirim email. Tapi saya merasa email kurang responsif. Tapi saya tegas kalau saya mau ketemu mereka (agency luar negeri) dalam waktu satu atau dia minggu."

"Mungkin dari puluhan email yang saya kirim, sekitar lima yang respons. Kelimanya itu saya hampiri dan dari situlah mulai terbangun relasi. Sampai akhirnya jujur kita banyak tertolong itu dari Sosial Media (sosmed). Sejak ada sosmed nama Indonesia mulai meningkat, karena banyak pengguna sosmed di Indonesia. Orang juga mulai sadar bahwa jumlah pengguna di Indonesia itu tidak berimbang dengan daya beli yang kita punya."

Saat pandemi semua lini bisnis begitu terdampak, begitu juga dengan sepak bola. Bagaimana akhirnya bisa tetap bertahan?

"Untungnya pada saat pandemi itu di Eropa hanya beberapa bulan lockdown dan kemudian berhenti. Akhirnya mereka (klub Eropa) bisa buat pertandingan lagi dan disitu saya switch untuk jual pertandingan ke pasar Indonesia."

Sebentar lagi akan dihelat Piala Dunia U-20, banyak tim luar negeri yang akan datang ke Indonesia yang jadi tuan rumah. Apa masukan untuk panitia penyelenggara agar event ini bisa sukses besar?

"Perbanyak konsultasi dengan pihak yg berpengalaman atau orang dari luar negeri. Mungkin saya lihat si sebenarnya mereka (penyelenggara) banyak asistensi dr FIFA jadi sepertinya semua aman.

CEO Nine Sport Inc yang juga Calon Ketua Umum PSSI 2023-2027, Arif Putra Wicaksono, saat bincang-bincang dengan VOI. (Foto: Irfan Meidianto/VOI)
CEO Nine Sport Inc yang juga Calon Ketua Umum PSSI 2023-2027, Arif Putra Wicaksono, saat bincang-bincang dengan VOI. (Foto: Irfan Meidianto/VOI)

Arif Wicaksono: Klub Lagi Suffering, Kesejahteraan Jadi Kunci

Arif kini punya tujuan yang lebih besar. Dia ingin sepak bola nasional lebih maju lagi.

Untuk itu, hanya mengandalkan status pengusaha di bidang sepak bola tak akan cukup. Dia merasa harus terlibat.

Dia pun memberanikan diri menjadi salah satu kandidat yang meramaikan persaingan calon Ketua Umum (Ketim) PSSI periode 2023/2027. Ia bersaing dengan empat kandidat lain yaitu Erick Thohir, La Nyalla Mattalitti, Doni Setiabudi dan Fary Djemy Francis.

Latar belakangnya sebagai CEO Nine Sport Inc yang merupakan promotor event sepak bola internasional Tanah Air, menjadi satu modal lulusan Universitas Pramadina itu.

Kecakapan tentang dunia sepak bola Arif Wicaksono juga dirasa cukup baik.

Ini menjadi kali ketiga bagi Arif Wicaksono untuk menjajal peruntungan berebut kursi nomor satu di federasi sepak bola Tanah Air. Sebelumnya ia sempat ikut mencalonkan diri di periode 2016 dan 2019.

Meski di dua kesempatan sebelumnya gagal, kali ini Arif lebih percaya diri.

Setelah sempat gagal maju sebagai calon Ketum PSSI, bagaimana dengan persiapan kali ini?

"Ini ketiga kalinya saya mencalonkan, banyak orang bilang itu third is the charm jadi saya berharap peruntungan yang lebih baik disini. Persiapan juga lebih baik dari sebelumnya karena saya lihat ada dukungan yang berbeda dari periode sebelumnya."

"Saya yakin karena saya merasa lebih baik mencoba daripada saya diam melihat kejadian tanpa mencoba, jadi saya lebih baik mencoba."

Beberapa pihak sudah melihat kontestasi kali ini hanya adu kekuatan antara La Nyalla dengan Erick Thohir, apakah masih punya peluang untuk mematahkan prediksi?

"Peluang pasti ada, apapun itu harus kita lihat nothing is impossible. Jadi saya lihat peluang masih ada."

Nada sumbang selalu muncul saat pemilihan ketum PSSI. Satu yang paling sering digaungkan adalah masalah suap, adakah pengalaman pahit soal ini di masa pemilihan sebelumnya? atau pernah menjadi saksi langsung dari praktik nakal ini?

"Pada 2019 saat saya mencalonkan kedua kali pernah ditawarkan sejumlah uang untuk dapat disini (posisi Ketum PSSI). Tapi kembali lagi saya punya prinsip, kalau memulai sesuatunya dengan uang, orientasi pertama saya itu akan berpikir gimana caranya mengembalikan uang itu."

"Bahkan waktu itu ada pengusaha top menanyakan saya berapa biaya yang kira-kira diperlukan, saya bilang mohon maaf pak kalau memang seperti itu menurut saya kita tidak akan bisa sustain sepak bolanya."

Beberapa calon sudah menyampaikan visi dan misinya sebagai calon Ketum PSSI, apa yang akan diusung untuk menarik para pemilik suara?

"Saya punya program, karena menurut saya sebenarnya semua klub sepak bola, bahkan saya bicara dengan beberapa voters mereka itu suffering. Mereka banyak yang bleeding parah sampai mereka jual barang, jual rumah dan segala macem hanya untuk bertahan karena kecintaannya kepada sepak bola. Menurut saya semua harus diubah, sepak bola itu jadi industri bisnis, bisnis itu bukan tentang bakar uang tapi bagaimana kita making money."

Sepak bola Indonesia dinilai sudah dalam kondisi sekarat. Sebenarnya, apa yang bisa mengembalikan sepak bola nasional kembali sehat?

"Kesejahteraan paling utama menurut saya adalah pemberdayaan suporter atau fans. Karena dari situ akan meningkatkan kesejahteraan klub, begitu klub sejahtera pemain akan sejahtera. Otomatis wasit dsb akan sejahtera, begitu semua sejahtera, itu akan sangat sulit untuk 'dimainkan'.

Banyak yang pesimistis dengan KLB PSSI kali ini karena didominasi muka-muka lama. Apakah anda sependapat?

"Iya dan tidak. Saya ada pemikiran seperti itu, hal itu juga yang membuat kenapa saya mencoba mencalonkan. Saya melihat satu indonesia semua sudah benar-benar capek orang di dalam PSSI, banyak yg capek dan muak. Sepertinya ini memang sudah saatnya untuk perubahan."

Andai nanti tidak terpilih apakah yang akan Anda lakukan berikutnya?

"Saya akan coba dua-duanya, saya akan coba tetap menjalankan apa yang saya lakukan day to day dan masih tetap di sepakbola. Tapi saya akan membawa program saya untuk pemenang dan saya akan jelaskan kenapa pentingnya program ini."

Harapan untuk pemilihan nanti?

"Harapannya saya menang. Optimistis di antara dua nama besar. Harus. Dari awal saya lihat peluang kecil tapi walaupun 0,1 atau 1 persen, itu semua harus dijalankan dengan maksimal."

Contoh tim sepak bola di Piala Dunia, tidak mungkin mereka berfikir ‘Ah Kalah’. Kalau mental seperti itu lebih baik tidak usah mencoba dari awal."

Terakhir, apa harapan Anda untuk sepak bola Indonesia?

"Harapan pastinya semoga sepak bola Indonesia bisa maju, karena kalau sepak bola kita maju itu jadi refleksi sebuah negara. Jadi kita bisa liat gimana Jerman dan Jepang yang sudah banyak beritanya. Saya harap semoga bangsa Indonesia bisa maju, karena kita tidak bisa semata-mata menyalahkan suporter.

"Contoh tawuran saja jadi suatu hobi atau rekreasi atau adat. Nah, itu yang membuat kita harus membangun bersama lewat sepak bola untuk Indonesia yang lebih baik."