JAKARTA - Piala Dunia 2022 belum juga berakhir, persaingan untuk jadi tuan rumah pada edisi 2030 sudah memanas. Amerika Selatan bahkan sudah mengisyaratkan siap maju sebagai penyelenggara Piala Dunia 2030 sekaligus menandai seratus tahun perhelatan itu.
Presiden Federasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL), Alejandro Dominguez bahkan dengan lantang meminta FIFA menghargai warisan Pele dan Diego Maradona. Caranya, dengan memberikan jatah tuan rumah Piala Dunia 2030 kepada mereka.
FIFA baru akan memutuskan siapa tuan rumah pada final di tahun 2024. Namun, sudah ada isu jika "uang" akan sangat menentukan.
Dominguez berharap itu tak terjadi dan mengatakan bahwa fokus pada "uang" harus dikurangi, demikian dilansir Antara via AFP.
Uruguay yang mengawali penyelenggaraan final Piala Dunia dengan 13 tim pada 1930, telah bergabung dengan Argentina, Cile, dan Paraguay untuk bersama-sama mengajukan tawaran sebagai tuan rumah Piala Dunia 2030 dengan peserta 48 tim.
Saingan utama mereka adalah tawaran bersama Spanyol, Portugal dan Ukraina, yang mendapat dukungan badan sepak bola Eropa UEFA. Laporan lain mengatakan , Arab Saudi juga berencana meluncurkan tawaran bersama Mesir dan Yunani.
BACA JUGA:
"Pertanyaannya adalah untuk FIFA - apa yang mereka rencanakan dengan sejarah yang telah dibuat oleh Pele dan kemudian Maradona?" ujarnya.
"Ini harus benar-benar kembali ke akarnya karena sepak bola bukan hanya tentang uang. Ini bukan tentang kompetisi siapa yang mengeluarkan uang paling banyak untuk Piala Dunia."
"Ini juga harus tentang mengenali siapa yang memungkinkan menggelar pesta ini," lanjutnya.
Dominguez mengatakan, CONMEBOL juga mengusulkan agar Brasil mengganti kostum tim nasionalnya untuk menghormati Pele, 82, yang dirawat di rumah sakit bulan ini setelah dia berjuang melawan kanker.
Logo di jersey Brasil memiliki lima bintang di bagian atas sebagai penanda setiap kemenangan negara tersebut di pentas Piala Dunia dan Pele berada di tim pemenang sebanyak tiga kali.
Dominguez mengatakan proposal tersebut adalah agar Brasil "mengubah tiga bintang mereka menjadi tiga hati, sebagai penghormatan kepada sang legenda."