11 Hari Menuju Piala Dunia 2022: Media Prancis Dapat Kecaman Lantaran Terbitkan Kartun Rasis
Piala Dunia 2022 di Qatar. (Instagram @go.qatar.2022)

Bagikan:

JAKARTA - Media Prancis Le Canard enchaine mendapat kecaman di media sosial lantaran menerbitkan kartun yang kontroversial. Kartun tersebut dianggap menggambarkan tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar, sebagai teroris.

Kartun itu diterbitkan Le Canard enchaine untuk edisi Oktober kemarin. Penerbitan itu pun memunculkan kontroversi setelah pengguna media sosial melihat ada pesan terkait 'Islamofobia' dan 'rasisme' di balik kartun tersebut.

Di dalam kartun ini Le Canard enchaine menggambarkan tujuh pria berjenggot mengenakan kostum dengan tulis 'Qatar' di atas nomor punggung. Dua di antaranya berpakai serba hitam dengan wajah ditutupi balaclava, sedangkan lima lain berkostum biru tua.

Ada juga lima pria lain berjubah putih di antara ketujuh orang pria itu. Ketujuh pria itu tampak sedang mengejar bola di atas pasir sambil membawa parang, senjata api, dan peluncur roket. Seseorang di antaranya bahkan memakai ikat pinggang yang penuh dengan bahan peledak.

"Le Canard enchaine menerbitkan kartun tercela yang menunjukkan rasisme dan kebenciannya yang terang-terangan terhadap Islam. Mereka menggambarkan Qatar sebagai emirat otoriter dan tim nasionalnya sebagai teroris," tulis seseorang di Twitter, dilansir Al Jazeera, Selasa, 8 November.

"Isu khusus dari Le Canard enchaine terkait Qatar. Anda tidak dapat membayangkan sejauh mana kebencian, penghinaan dari Prancis yang mendalam terhadap Qatar, rakyatnya, pemerintahnya, dan simbol-simbolnya. Saya bertanya-tanya mengapa duta besar Qatar masih di Paris ???!!!" timpal yang lain.

Sementara itu, seorang menteri negara dan presiden Perpustakaan Nasional Qatar, Hamad Al-Kawari, meminta Prancis untuk menunjukkan "sedikit sportivitas".

"Bahkan satire pedas diterima!!! Tetapi Canard Enchane memutuskan untuk menggunakan kebohongan, kebencian, dan dendam untuk menyerang Qatar dan merendahkannya," kicau Al-Kawari dalam bahasa Prancis.

Perlakuan Qatar terhadap pekerja migran dan catatan hak asasi manusianya telah menjadi sorotan sejak mereka ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Beberapa pihak bahkan berencana memboikot acara empat tahunan itu dengan menggunakan alasan tersebut.

Beberapa tempat di Prancis, termasuk ibu kota Paris, kabarnya tidak akan menayangkan Piala Dunia di zona penggemar dengan alasan kekhawatiran atas pelanggaran hak pekerja migran dan dampak sosial dari turnamen tersebut.

Awal bulan ini, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengatakan Qatar telah membuat kemajuan dalam reformasi ketenagakerjaannya tetapi tantangan dalam implementasinya tetap ada.

Saat ini reformasi telah meningkatkan kondisi kerja dan kehidupan bagi ratusan ribu pekerja yang diperkirakan mencapai 85 persen dari populasi Qatar. Namun, perlu ada upaya tambahan untuk memastikan bahwa semua pekerja dapat memperoleh keuntungan.