JAKARTA — Mantan kapten tim nasional Jerman Philipp Lahm berencana memboikot Piala Dunia 2022 musim dingin akhir tahun ini karena catatan buruk terkait hak asasi manusia (HAM) di negara tuan rumah Qatar.
FIFA menghadapi kritik masif setelah menunjuk Qatar menjadi tuan rumah ajang empat tahunan itu. Ini karena negara dengan populasi lebih dari dua juta orang itu memiliki catatan HAM atas perlakuan mereka terhadap pekerja migran.
"Saya bukan bagian dari delegasi dan saya tidak tertarik terbang ke sana sebagai penggemar. Saya lebih suka mengikuti turnamen dari rumah," kata Lahm kepada media Jerman, Kicker, Rabu.
Protes terhadap FIFA atas terpilihnya Qatar menjadi tuan rumah mulai muncul sejak negara itu ditunjuk pada 2010 lalu.
Selain catatan HAM, Qatar juga sebelumnya tidak pernah lolos ke Piala Dunia. Selain itu, mereka berada di peringkat ke-113 dunia FIFA ketika diberikan hak menjadi tuan rumah.
"Hak asasi manusia harus memainkan peran terbesar dalam penunjukkan tuan rumah turnamen. Jika suatu negara diberikan kontrak tetapi mendapat penilaian terburuk dalam hal ini, Anda perlu memikirkan kriteria yang digunakan untuk membuat keputusan," ujar Lahm.
Investigasi dari The Guardian tahun lalu menemukan lebih dari 6.500 pekerja migran meninggal di Qatar sejak diumumkan sebagai negara tuan rumah 12 tahun lalu.
Dari jumlah itu, 37 kematian di antaranya berhubungan langsung dengan pembangunan stadion untuk turnamen tersebut.
Selain itu, menurut Amnesty International, pihak berwenang Qatar terus membatasi kebebasan berekspresi menggunakan undang-undang yang kasar untuk meredam suara-suara kritis. Selain itu, kaum perempuan dan komunitas LGBTQ+ juga sering ditindas.
Homoseksualitas masuk ranah ilegal di Qatar. Di sana pernikahan sesama jenis dapat menyebabkan tuntutan pidana dan hukuman penjara hingga tujuh tahun.
BACA JUGA:
Namun, Presiden FIFA Gianni Infantino bersikeras bahwa semuanya diterima di negara Teluk itu. Ia bahkan mengajak penggemar sepak bola LGBTQ+ untuk menghadiri turnamen tersebut.
Sayang, apa yang disampaikan Infantino kontras dengan hasil penyelidikan baru-baru ini yang dilakukan bersama oleh NRK dan SVT di Swedia dan DR di Denmark.
Penyelidikan itu menemukan bahwa beberapa hotel di negara tersebut menolak mengizinkan pasangan sesama jenis untuk menginap.