Kami Mewawancarai Pelari yang Pernah Berlatih di Akademi Chelsea, Ia Mengungkap Mimpi Besarnya dari Balap Lari Liar
Suasana di lokasi balap lari liar Bulungan (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Belakangan, balap lari jadi tren baru yang menjamur di sejumlah daerah di Indonesia. Kami mewawancarai seorang pelari yang turut serta dalam salah satu kegiatan. Ternyata, ada mimpi besar yang ia bangun di jalanan.

Rafiudin Yusuf Husaini kini berusia 20 tahun. Sejak kecil ia telah menentukan jalannya sebagai atlet sepak bola. Ia ergabung dengan Sekolah Sepak Bola Tunas Cileungsi selama sepuluh tahun. Rafiudin juga menyebut Akademi Chelsea Indonesia sebagai capaian terbesarnya.

Hasrat Rafiudin untuk menjadi atlet tak surut di usianya kini. Ia turut serta dalam gerakan balap lari liar yang digagas Speed Run. Bersama kelompok yang berbasis di Cileungsi, Jawa Barat itu, Rafiudin menjalani sejumlah perlombaan balap lari liar.

Baginya, balap lari liar adalah ajang yang menarik untuk menunjukkan kemampuan. Udin --sapaan akrabnya-- bahkan mengaku yakin, dengan mengikuti balap lari liar bakatnya dapat ditemukan oleh pemandu bakat.

Bukan tanpa alasan. Ia menyadari besarnya keriuhan dan jangkauan media sosial dalam menyebar informasi. “Tujuan saya ikut balap lari liar, tak lain karena kemungkinan banyak pemandu bakat yang akan melihat bakat saya dan anak-anak lainnya yang tak memiliki wadah dan tak tahu harus menyalurkannya kemana-mana,” ungkap Udin, dihubungi VOI, Senin, 14 September.

Seperti yang diungkap salah satu motor gerakan Speed Run, Jek, dalam artikel "Semalaman Berburu Balap Lari Liar Menyadarkan Kami bahwa Tren Seru-seruan Ini Sejatinya adalah Pemberontakan", kelompok mereka menggunakan ajang balap lari liar sebagai ajang memunculkan sebanyak mugkin potensi pelari dengan cara mendobrak birokrasi dan jalur-jalur resmi.

Karenanya, jalanan dan media sosial mereka pilih. Lagipula, bukan tanpa alasan mereka memilih lari tanpa alas kaki dalam setiap balap lari liar. Hal itu menurut Jek adalah simbol dari perlawanan terhadap sistem. Udin mengamini apa yang diungkap Jek. Menurutnya, selain mengharapkan pemandu bakat, ia dapat menjalin relasi dengan banyak orang, termasuk beberapa atlet lain sepertinya.

“Karena tiap selesai berlari saya dapat menambah teman-teman baru. Dan tentunya yang menonton pun akan ikut senang dan respect terhadap balap lari ini. Bahkan besar harapan balap lari liar dapat melahirkan bintang-bintang besar pada kemudian hari," ucapnya.