Bagikan:

JAKARTA - Para petenis yang melemparkan raket lalu memukul bola dengan amarah dan frustrasi dalam pertandingan adalah pemandangan biasa dalam satu turnamen. Tapi, pemandangan seperti itu belum tentu terlihat lagi di masa depan menyusul didiskualifikasinya Novak Djokovic  dari US Open pada Minggu.

Petenis putra nomor satu dunia itu diusir dari Grand Slam tersebut setelah secara tidak sengaja memukul bola kearah tenggorokan seorang hakim garis dalam pertandingan babak keempatnya di lapangan di Arthur Ashe Stadium.

Juara dua kali Grand Slam Naomi Osaka juga melemparkan raketnya karena frustrasi setelah kalah pada tiebreak set kedua melawan Marta Kostyuk dalam pertandingan putaran ketiganya pada Jumat.

Ditanya dalam wawancara di lapangan, Minggu waktu setempat, apakah nasib Djokovic akan menjadi pengingat, petenis Jepang mantan peringkat satu dunia itu mengatakan: "Saya kira iya. Bagi saya, itu jelas seperti peringatan untuk tidak melakukan itu."

"Saya tidak menyaksikan pertandingan tersebut secara langsung karena saya tidur, tapi mengetahui hal itu, tentu saja, saya pikir agak menjelaskan - apa namanya - Anda lebih sadar, tentu saja," kata mantan juara US Open itu kepada wartawan seperti dikutip dari Antara, Selasa, 8 September.

"Bagi saya, saya berusaha untuk tidak membanting raket saya. Tentu saja, saya mungkin melakukannya beberapa kali. Tapi saya jelas berpikir itu membuat orang sedikit lebih sadar."

Petenis Kanada Denis Shapovalov mengalami nasib serupa seperti Djokovic pada pertandingan Davis Cup 2017 ketika ia, setelah melakukan kesalahan sendiri, memukul bola karena frustrasi dengan raketnya dan mengenai wajah wasit Arnaud Gabas.

Shapovalov menyebut insiden Djokovic tidak menguntungkan, begitu pula petenis Jerman Alexander Zverev, yang meluapkan frustrasinya beberapa kali di masa lalu dengan membanting raket.

"Saya kira saya tidak pernah gagal dalam karier saya atau dalam hidup saya," kata Zverev setelah kemenangannya pada Minggu. "Tidak, saya belum pernah berada dalam situasi seperti itu."