Bagikan:

JAKARTA - Pemain timnas Indonesia, Hansamu Yama, membuat unggahan terkait makanan favoritnya di Instagram Story. Dalam unggahannya itu nampak nasi dengan berbagai lauk pauk. Mulai dari mie, kerupuk, terong dan lainnya.

Unggahan ini mendapat respons dari akun Twitter @ainurohmnan. Dia menyoroti makanan yang jadi favorit pemain belakang Persebaya Surabaya tersebut.

"Makanan bek utama timnas. Bek utama salah satu tim terbesar dgn sejarah terpanjang di Indonesia. Kesalahannya cuma satu, kenapa harus pamer di medsos? Jadinya kita tahu, bagaimana mereka merawat diri dan menghargai pekerjaannya. Tapi ya nggak apa2, yang penting halal!" kicau akun tersebut.

Sebenarnya, salahkah menu makanan favorit dari Hansamu Yama? Menurut pakar gizi Irtya Qiyamullail, pemain sepak bola butuh protein maupun karbohidrat secara cukup.

"Persentase pemberian zat gizinya adalah sebagai berikut: karbohidrat 50-60 persen, protein 12-15 persen serta lemak 30-35 persen," ujarnya kepada VOI, Senin, 24 Agustus.

"Selain itu kecukupan cairan juga perlu diperhatikan untuk menjaga performa atlet dan mengihndari dari dehidrasi. Asupan yang direkomendasikan adalah sebanyak 150-250 ml per 15-20 menit untuk rehidrasi atlet," tambahnya.

Untuk itu, dia menyarankan makanan yang sebaiknya dikonsumsi atlet adalah makanan yang sesuai dengan kebutuhan persentase asupan gizi untuk atlet permainan.

Dia juga mengimbau para atlet, khususnya sepak bola, menghindari konsumsi makanan yang berlebihan, yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.

Mengenai menu makanan favorit Hansamu, Irtya menilai sebenarnya masih boleh dikonsumsi oleh atlet. Namun, ada yang harus diperhatikan. 

"Asal diperhatikan komposisi lauknya. Misalkan atlet makan berat dengan mengonsumsi nasi (karbohidrat), jangan ditambahkan jenis karbohidrat lagi seperti mie goreng. Baiknya ditambahkan lauk sumber protein hewani dan protein nabati saja," jelas Irtya

Selain itu, lanjutnya, dalam setiap porsi makan atlet harus ada sayuran. Sebaiknya sayuran berkuah karena bisa menjaga kecukupan cairan atlet.

Irtya kemudian menyarankan, atlet menghindari gorengan dan sebaiknya dibatasi cukup seminggu sekali. Dia juga mengungkapkan, jika ingin mengonsumsi gorengan, akan lebih baik dibuat sendiri di rumah.

"Karena yang berbahaya adalah penggunaan minyaknya yang dipakai berkali-kali," ungkap Irtya.