JAKARTA - Unit pop-punk asal Yogyakarta, KARNAMEREKA kembali meluncurkan single berjudul “Sepasang Retak Melegenda. Lagu ini merupakan materi kelima untuk album “Fortune” yang akan dirilis dalam waktu dekat.
Sebelumnya, band beranggotakan Heroherda (gitar, vokal), Candra (bass), dan Penot (gitar, vokal) beserta Fafa sebagai additional drum telah merilis empat lagu lain, yaitu “Titik Nadir”, “Sepertiga”, “Bilang Pada Tuhanmu”, dan “Marry Me”.
“Sepasang Retak Melegenda” digarap dengan mempertimbangkan relevansi karya dengan pendengarnya, yang sebagian besar dari kalangan muda dan remaja.
“Jika dilihat dari audiens saat perform maupun stream, sebagian besar (dari mereka) berada di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan kuliah atau kampus, yang menurut kami masih sering mengalami urusan percintaan dan patah hati,” ujar Heroherda dalam keterangannya, Jumat, 23 Agustus.
Liriknya disajikan dengan kesan galau lewat pesan perpisahan. Heroherda yang menuliskan lagu ini, mengakui bahwa tempo yang tersaji di “Sepasang Retak Melegenda” memang lebih lambat jika dibandingkan dengan single lain seperti “Titik Nadir” dan “Marry Me”.
BACA JUGA:
Pentolan KARNAMEREKA itu mengatakan bahwa aransemen lagu dibuat lebih simple, bahkan tidak ada isian sequencer, berbeda jika dibandingkan dengan “Titik Nadir” yang sangat padat akan isian sequencer.
“Untuk lagu ini, kami lebih santai menggarapnya. Butuh waktu sekitar dua minggu untuk melengkapi liriknya, serta sebulan untuk menyelesaikan proses rekamannya,” ujar pria yang akrab disapa Herda itu.
Tidak hanya dirilis melalui layanan streaming digital, single kelima untuk album baru juga hadir dalam video musik.
Band yang besar di skena pop-punk Tanah Air ini kembali mendapuk Usman Hasan sebagai sutradara, yang sebelumnya telah menyutradarai video musik KARNAMEREKA lainnya, seperti “Ayah Ibu”, “Semesta Salut Padamu”, “Mencoba Berdiri”, dan “Missin You”.
Konsep video yang digarap oleh Usman menceritakan tentang seorang musisi dan pasangannya yang menjalin cinta, namun kesibukan sang musisi dengan karya musiknya mengakibatkan hubungan mereka menjadi renggang.
Pertengkaran mulai terjadi, sampai pada waktunya ketika pasangannya menemukan kenyamanan pada laki-laki lain.
Si musisi tersadar bahwa ia sebenarnya masih merasakan cinta, namun tak ada daya. Mereka tak bisa bersama lagi karena hanya akan saling menyakiti.