Bagikan:

JAKARTA - Mahalnya harga tiket konser musisi internasional di Indonesia kerap jadi permasalahan. Akibatnya, banyak orang yang memilih untuk menonton konser di negara tetangga karena harga tiket yang lebih murah.

Menurut Harry Sudarma selaiu co-founder dan COO PK Entertainment, mahalnya harga tiket bukan sepenuhnya keinginan promotor musik sebagai penyelenggara konser. Dia menyebut banyak komponen yang harus dihitung sebelum menentukan harga tiket.

"Pastinya kalau kita bicara harga mahal atau murah selalu subjektif, tapi kita sebagai promotor selalu mendengarkan market-nya kita,” kata Harry Sudarma di Senayan, Jakarta Pusat pekan lalu.

“Pastinya yang sering kali kita coba pikirkan adalah kadang-kadang dari perspektif pembeli itu terkesan simple dan mudah, padahal untuk harga ini banyak banget komponen yang kita perlukan, seperti perizinan, keamanan, harga artis, kru artis dan lain-lain. Itu semua ada biaya yang perlu dibayarkan," lanjut Harry.

Harry menyatakan bahwa pekerjaan promotor bergerak di bidang bisnis dengan keuntungan sebagai orientasi. Namun dengan pengalamannya menghadirkan banyak musisi besar internasional ke Indonesia, dia juga selalu berusaha memastikan uang yang dikeluarkan penonton sesuai dengan pengalaman yang didapat.

"Ketika saya bicara soal ini ke promotor lain atau orang-orang yang bekerja di dunia ini, memang ujung-ujungnya bicara bisnis. Ya akhirnya memang kita bekerja di bisnis yang menghasilkan uang kan. Ya sebenarnya promotor juga butuh profit,” ujar Harry.

“Tapi itu bukan satu hal yang paling kita usung, PK Entertainment khususnya selalu ingin kasih pengalaman terbaik untuk penonton yang datang dan membeli tiket. Dan kami juga berpikir apa yang orang dapatkan itu worth it," lanjut Harry.,

"Dan satu hal yang perlu saya tekankan bahwa penentuan harga tiket itu nggak disepakati dengan mudah. Tapi kami memutuskan harga itu dengan diskusi yang sangat panjang. Jadi nggak sebatas 'segini harganya'. Ya memang diskusinya panjang, kita butuh persetujuan pihak yang lain juga.”